REPUBLIKA.CO.ID, SEMBALUN -- Mobil carteran kami melaju cukup cepat dari Lombok International Airport menuju Sembalun lewat Aikmel. Perjalanan menuju Sembalun melewati jalan aspal yang berkelok-kelok, hutan, dan ladang pertanian. Ladang-ladang pertanian terlihat menghampar bebas dengan sayur-sayuran yang bertingkat-tingkat. Sepanjang perjalanan, pemandangan alam hijau permai berlatar Gunung Rinjani yang berdiri kokoh.
Sayangnya, meski hampir semua jalan sudah beraspal, masih ada belasan jalan berlubang sepanjang rute Aikmel-Sembalun. Lebar jalan pun terbilang belum bisa memadai jika dua mobil minibus berlawanan arah lewat berbarengan. Tak ada penerangan ketika hendak menuju Sembalun dan di sepanjang jalan di Kecamatan Sembalun. Para pengemudi harus ekstra hati-hati.
Di Desa Sembalun, pemandangan alam hijau pepohonan dan vegetasi pegunungan siap menyapa. Selain itu, desa yang populer bagi pendaki Gunung Rinjani itu juga dikelilingi oleh megahnya tebing-tebing batu yang curam berlapis lumut hijau. Dinding batu ini adalah hasil pembekuan materi letusan atau lava yang dimuntahkan Gunung Rinjani ratusan tahun lalu. Ditambah lagi, udara segar pegunungan akan merasuk ke dalam tubuh.
Sembalun dikatakan sebuah kecamatan yang menempati wadah. Sebab, gunung Rinjani mengelilingi sekitaran Sembalun sehingga seakan-akan mirip pinggir wadah. Keindahan Sembalun seperti wadah akan terasa jika dilihat dari ketinggian seperti di puncak bukit Pergasingan atau Pusuk.
Desa tua
Keberadaan desa Sembalun sebenarnya bisa dirunut sejak abad enam Masehi. Jika ditelusuri asal-muasal orang Lombok, mereka diyakini berasal dari Jawa, buktinya antara lain adalah aksara Suku Sasak yang mereka sebut dengan nama Jejawan, yakni aksara Jawa yang diserap dan dilengkapi oleh kesusastraan Sasak. Selain itu, berdasarkan penelitian sejarah, Kitab Negara kertagama adalah salah satu rampasan di Istana Cakranagara di Lombok pada zaman penjajahan Belanda saat het Koninklijke Ne derlands(ch)-Indische Leger (KNIL) membakar istana tersebut.
Ketua Lembaga Adat Gumi Sembahulun (LAGS) Mardisah mengatakan Sembalun sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa kuno yang terdiri dari dua suku kata yakni kata Sembah dan Ulun. Kata Sembah mengandung makna menyembah dan Ulun dari kata dasar Ulu yang berarti atasan atau pemimpin.
Jadi, makna yang terkandung dari kata sembahulun yaitu orang sembalun berkewajiban menyembah Tuhan Yang Mahaesa sebagai pencipta dan pemelihara alam dan manusia wajib tunduk dengan ketentuan kepercayaan yang dianut.
Ia mengisahkan sekitar abad ke-14 ketika Gunung Rinjani meletus, penduduk meninggalkan sembalun untuk mengindari aliran lava panas. Setelah mengungsi sekian tahun lamanya, saat kondisi aman, ada tujuh pasang kepala keluarga yang kembali. Mereka membangun tempat desa yang telah hancur oleh letusan gunung Rinjani.
"Tempat itu kemudian di sebut Desa Beleq yang berarti desa besar. Penduduk pada masa ini dipercaya sebagai asal cikal bakal keturunan generasi Sembalun yang saat ini ada," jelasnya.
Kecamatan Sembalun kini tercatat sebagai bagian dari wilayah Kabupaten Lombok Timur. Kecamatan yang memiliki luas wilayah 217,08 kilometer persegi itu dibagi menjadi enam desa yaitu Desa Sembalun Lawang, Desa Sembalun Timba Gading, Desa Sajang, Desa Bilok Petung, Desa Sembalun, dan Desa Sembalun Bumbung. Desa-desa yang terletak di Kecamatan Sembalun mempunyai ketinggian bervariatif mulai dari 800 sampai 1.200 meter di atas permukaan laut.
Ketika memasuki wilayah Sembalun Lawang, wisatawan akan berdiri di sebelah utara kaki Gunung Rinjani. Desa ini berada di ketinggian sekitar 1.156 m dengan panorama pemandangan alam yang indah. Keberadaan Sembalun lawang sekaligus menjadi salah satu jalur titik pendakian ke Gunung Rinjani. Selain lewat Desa Sembalun Lawang, gerbang lainnya untuk mencapai kemegahan Gunung Rinjani bisa melalui Desa Senaru.