Jumat 06 Oct 2017 08:50 WIB

Sedapnya Soto Betawi Khas D'jakarta Cafe di Philadelphia

D'jakarta Cafe di Philadelphia AS
Foto: VOA Indonesia
D'jakarta Cafe di Philadelphia AS

REPUBLIKA.CO.ID, PHILADELPHIA — Tidak pernah terpikir sebelumnya oleh Beddy Sonnie dan Alfitri Ho untuk membuka sebuah restoran Indonesia di Amerika. Awalnya, ini hanyalah sebuah angan-angan yang terucap, yang kemudian menjadi kenyataan.

“Enak juga ya, punya restoran," ujar Alfitri Ho. "Dari satu perkataan itu, besoknya diulang lagi, di hati itu kayaknya harus dilakukan. Next thing we know, kita mulai cari tempat, mulai cari menu, lalu kita ngomongin sama mamaku, soalnya mamaku chef-nya. Kita mulai tukar pikiran. Tiba-tiba, tahu-tahu jadi aja."

Alfitri mengaku tidak punya pengalaman alias memulai dari nol untuk memulai bisnis di bidang ini. Namun usahanya semakin kuat setelah komunitas-komunitas Indonesia ikut membantu. "Ya sampai akhirnya jadilah D’jakarta Café,” ujar Alfitri.

Bernama D'jakarta Café, restoran Alfitri dan Beddy resmi beroperasi pada Juli 2017. Nama D’jakarta dengan penggunaan ejaan lama ini dipilih untuk memperkenalkan kota Jakarta kepada warga internasional, terutama yang belum pernah berkunjung ke Jakarta.

“Jakarta itu tuh sangat megah. Banyak anak muda, makanan pun dari mancanegara ada, semua orang dari luar ada. Jadi kita mau kafe kita itu welcome semua anak muda, orang tua, untuk ngobrol, nongkrong dan dari lokal maupun turis-turis (asing) segala macam comfortable dengan kita punya kafe,” kata perempuan yang sudah menetap di Philadelphia sejak tahun 2001 ini.

Beragam dekorasi seperti becak, congklak, sepeda kuno, serta foto-foto bertema Indonesia pun ikut menghiasi dinding restoran yang beroperasi hari Selasa hingga Ahad ini.  Di salah satu sudut restoran juga terdapat mural yang identik dengan kota Jakarta. Mural tersebut didesain oleh ilustrator asal Indonesia, Tulus Dwi Heriyanto, di bawah nama Aan Brotherhood. Desainnya kemudian dilukis kembali oleh pelukis lokal Amerika.

Mengenai pemilihan menu, Alfitri mengaku agak rumit, karena mereka ingin menyajikan pilihan makanan yang sudah tidak asing lagi di telinga orang Indonesia. “Sayur asemlah. Iya kan? Orang semua kenal, entah dari Irian Jaya atau dari Sumatra, orang tahu sayur asem. (Lalu) ayam bakar, ayam goreng, mereka kenal. Kita pilih menu yang orang Indonesia kenal banget. Makanan yang enggak terlalu asing, yang bikin takut mereka coba,” papar Alfitri.

Karena masih tergolong baru, Alfitri merasa masih harus banyak mempelajari bisnis restoran. Sehingga mereka tidak mau menawarkan terlalu banyak pilihan makanan. Hingga kini, menu yang ditawarkan oleh D’jakarta café antara lain adalah Bakso D’jakarta, Bakmi ayam jamur, lumpia bengkuang, hekeng atau rollade udang, serta minuman segar seperti es cendol dan soda gembira. Soto Betawi menjadi menu yang banyak mengundang tanggapan positif dari para pelanggan karena kesedapannya.

Bagi warga Indonesia, Haryo Mojopahit yang tinggal tak jauh dari restoran, menu nasi ayam bakar menjadi favoritnya. “Ayam bakarnya itu ayamnya meresap banget. Kecapnya juga terasa banget, terus dibakar dengan sempurna. Kemudian ada tempe (dan) tahu gorengnya, ada sayur asemnya. Nah, sayur asemnya itu yang saya selalu ketagihan dan bikin balik-balik lagi, karena memang segar banget,” ujar Haryo.

Dengan harga yang terjangkau sekitar $5-7 dolar AS per makanan, D’jakarta Café tidak hanya mengundang pelanggan asal Indonesia di Philadelphia, tetapi juga warga lokal dan internasional yang penasaran dengan cita rasa makanan Indonesia. Bahkan ada yang rela datang dari negara bagian lain untuk mencicipi kuliner Indonesia di D’jakarta Café.

“Tenyata dari minggu pertama, masyarakat lokal Philadelphia sendiri, entah ini orang bule, orang Indonesia, orang darimana pun datang. Sampai kita pun kaget, ada orang dari (negara bagian) Maryland datang kemari, orang bule. Kita tanya, ‘kamu tahu darimana? Mereka lihat ya, dari social media, dari Yelp, jadi kita juga kaget,” ucap Alfitri.

Namun, siapa yang menyangka jika ternyata pelanggan lokal dan internasional sangat suka dengan rasa pedas. Kerap kali mereka meminta tambahan sambal jika datang ke D’jakarta Café. “Mungkin (cabai) kita masaknya beda ya, dengan Amerika yang mostly Italian (food) over here, lebih ke tomato sauce. Tomato sauce asam. Sedangkan Indonesia banyak racikan rempah-rempah, banyak cabe gitu, jadi mereka lebih (suka),” jelas Alfitri.

Kepada teman-teman yang bermimpi untuk membuka restoran atau berbisnis apa pun, Alfitri berpesan agar tidak malu bertanya dalam mencari informasi yang dibutuhkan. “Apalagi kalau di komunitas Indonesia. Kita harus banyak bertanya (dan) banyak membantu. Kalau masalah rezeki, rezeki enggak kemana. Tapi kalau kita membantu orang, untuk buka bisnis atau apa ya, maksudnya lebih bagus. Cuman ya itu, jangan malu bertanya ke siapa pun ‘cara buka bisnis gimana, ya?’ Pasti ada yang mau bantu, karena awalnya kita ini malu bertanya. Kita takut orang itu tersinggung. Cuman at the end, tanggapan dari masyarakat Indonesia luar biasa malah sampai ada yang telpon, ‘gimana ada yang perlu dibantu?’” ujar Alfitri.

sumber : VOA Indonesia
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement