Rabu 04 Oct 2017 18:08 WIB

Penetrasi Global Kuliner Indonesia Perlu Dukungan

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yudha Manggala P Putra
Kuliner Indonesia.
Foto: Republika/Desy Susilawati
Kuliner Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Gadjah Mada baru saja menggelar festival kuliner dari 34 provinsi di Indonesia. Tujuah perhelatan festial bertajuk Indonesia Culinary Conference and Creative Expo itu di antaranya mengenalkan kembali sekaligus meningkatkan dorongan terhadap kuliner-kuliner Indonesia agar dapat mendunia.

Dekan Fakultas Teknologi Pertanian UGM Eni Harmayani menekankan, kondisi kuliner di Indonesia memang berbeda dengan negara-negara maju karena sebagian besar masih berbentuk UMKM. Karenanya, perlu ada semacam dukungan aktif untuk menjadikannya global, terutama dari pemerintah dan generasi muda. "Karena sebagian besar masih berbentuk UMKM, penetrasi global perlu dukungan," kata Maya, Rabu (4/10).

Namun, tentu perlu ada peningkatan kepada aspek-aspek kebersihan, keamanan pangan, maupun bahan yang standarnya memang tinggi. Karenanya, perlu ada pendampingan agar standar-standar itu dapat pula diterapkan UMKM, sehingga mendukung kuliner-kuliner Indonesia yang cita rasanya yang sudah tinggi.

Untuk itu, ia merasa duta-duta Indonesia seperti diplomat dirasa perlu juga memiliki pemahaman mendalam tentang kuliner-kuliner Indonesia, sehingga pengetahuan yang dimiliki tidak sekadar diplomasi politik. Maya berpendapat, pemahaman ini tentu membantu pengenalan kuliner-kuliner Indonesia ke dunia. "Jadi diplomat itu bukan hanya diajari diplomasi, mereka harus tahu kuliner," ujar Maya.

Melirik ke negara-negara ASIA yang kulinernya mampu mendunia, tentu dukungan pemerintahnya terbilang sangat besar mengenalkan kuliner-kulinernya. Bahkan, langkah itu sudah diterapkan negara-negara yang dulu kulinernya mungkin biasa saja, tapi sekarang mendunia seperti Thailand dan Korea Selatan.

Langkah serupa dirasa dapat pula dilakukan Indonesia, mengingat dukungan dari masyarakat terhadap kuliner-kuliner Indonesia begitu besar. Beberapa tahun lalu saja, rendang dan nasi goreng mampu menjadi deretan makanan terenak di dunia versi polling beberapa lembaga. "Makanya, perlu disandingkan dengan teknologi yang mendukung penerimaan kuliner itu sendiri, baik untuk pembuatannya maupun promosinya," kata Maya.

Semisal untuk sanitasi atau tren konsumen yang belakangan ingin lebih mudah mendapatkan makanan, yang belakangan pemesanan melalui digital semakin marak. Selain itu, perlu dipikirkan pula bagaimana keamanan pangan, yang semua itu bertujuan mendekatkan kuliner dengan masyarakat.

Maka itu, baik teknologi digital, teknologi pengemasan dan teknologi lainnya, sangat perlu dikembangkan terhadap kuliner-kuliner di Indonesia. Menurut Maya, perlu pula didengungkan cerita-cerita di dalamnya, sehingga masyarakat lokal maupun internasional bisa mendapatkan informasinya dengan mudah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement