REPUBLIKA.CO.ID, LABUAN BAJO -- Balai Taman Nasional (TN) Komodo mengklaim tingkat kunjungan wisatawan di pulau tempat hidup habitat reptil raksasa Komodo (varanus komodoensis) terus saja meningkat.
"Bahkan dari tingkat kunjungan itulah bisa memberi dampak pemasukan keuangan yang cukup signifikan melampaui target yang ditetapkan balai taman nasional. Karena itulah kami belum bisa pastikan pengaruh sampah untuk tingkat kunjungan wisatawan di taman nasional itu," kata Kepala Balai Taman Nasional Komodo Sudiyono, kepada Antara di Labuan Bajo, Jumat (29/9).
Dia mengatakan hal itu menjawab, pengaruh buangan sampah di Labuan Bajo hingga perairan di sekitar Pulau Komodo terhadap tingkat kunjungan wisatawan di daerah itu. Menurut Sudiyono, hingga Agustus 2017, tingkat kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Komodo mencapai angka 60 ribu sampai 70 ribu wisatawan.
Dari jumlah itu, pemasukan uang untuk mengisi pundi-pundi balai yang diberikan kewenangan mengurus pulau komodo itu berjumlah Rp19 miliar lebih. Jumlah ini sangat fantastis dan telah melampaui target tahunan yang ditetapkan oleh balai, sebesar Rp 15 miliar setiap tahunnya.
Jumlah ini lanjut dia, akan terus meningkat seiring dengan makin tingginya informasi dan geliat penataan di Pulau Komodo dan kawasan sekitarnya oleh banyak pihak. Untuk 2016 silam, lanjut dia, capaian pemasukan dari wisatawan ke Pulau Komodo yang masuk dalam kawasan TNK berjumlah Rp 22 miliar. "Jumlah itu dari total jumlah kunjungan wisatawan sebanyak 90 ribu wisatawan," katanya.
Memang lanjut dia, meskipun belum ada pengeluhan bahkan belum terjadi dampak langsung buangan sampah di Labuan Bajo terhadap kunjungan wisatawan, namun yang pasti aksi prefentif terus dilakukan.
Kerja sama dengan pemerintah dan WWF Indonesia di Labuan Bajo untuk menggaggas terbitnya peraturan daerah pengelolaan sampah sudah dilakukan. "Kami sedang menanti pelaksanaan peraturan daerah itu yang tentunya harus didahului oleh pengesahannya oleh pak bupati," katanya.
Dari catatan Balai TNK, produksi sampah yang dihasilkan warga dan rumah tangga masyarakat di Labuan Bajo setiap harinya mencapai 12 meter kubik.
Tentunya sampah dengan segala jenisnya itu harus bisa dikelola untuk kepentingan pemanfaatn sekaligus membangun kepedulian masyarakat untuk menjaga kelestarian ekosistem dan sumber daya pesisir dan laut serta biota di bawah air.
Dia mengaku, secara internal, Balai TNK terus melakukan pengelolaan sampah kiriman yang diproduksi warga dan rumah tangga di Labuan Bajo yang mampir ke Pulau Komodo dan perairan sekitarnya. "Kami pungut sampahnya di kawasan pulau komodo, lalu kami pisahkan. Kemudian kami kelola khususnya untuk sampah jenis plastik," katanya.
Dalam rencana ke depan, kata Sudiyono, Balai TNK berencana akan mendatangkan mesin khusus pengelola sampah plastik. "Ya, semacam mesin press agar plastiknya disatukan menjadi satu bongkahan untuk selanjutnya diserahkan ke koperasi sampah," katanya.
Aksi pungut sampah di perairan TNK dan perairan sekitarnya, kata dia juga dilakukan bekerja sama dengan sejumlah pihak, antara lain, WWF Indonesia, masyarakat peduli sampah, KKP dan sejumlah komponen masyarakat lainny. "Kita lakukan rutin dan sykurlah bisa berjalan dan memberi dampak baik bagi lingkungan di kawasan itu," katanya.
Terhadap kemungkinan sampah limbah, Sudiyono mengatakan belum terpantau, karena belum adanya industri yang bisa menghasilkan limbah buangan.
Namun demikian, terhadap kemungkinan terbuangnya bahan bakar minyak kapal-kapal yang berlayar dan berlabuh di seputaran kawasan komodo sudah dalam pengawasan. "Kita juga tetapkan kewajiban kotak sampah di seluruh kapal yang ada di kawasan TNK, sehingga sampah tak dibuang ke laut," katanya.
Terhadap kemungkinan akan didatangkan kapal khusus pengangkut sampah dari Pulau Komodo dan perairan sekitarnya, dia mengatakan masih dalam perencanaan. "Ya mungkin akan kita rencanakan ke depan," katanya.
Saat ini, Balai TNK sedang melakukan sejumlah pemantapan dan tambahan fasilitas di sejumlah pulau din kawasan TNK, termasuk membangun MCK, jembatan, alur pejalan kaki serta dua pos pengawasan yang salah satunya di Pulau Padar Selatan. "Kita berharap kerja sama seluruh pihak untuk mengatasi persoalan sampah untuk tetap menjaga kondisi ekosistem di kawasan wisata daerah ini," katanya.