Rabu 27 Sep 2017 07:05 WIB

Menginjak Kaki di Pelabuhan Waisai, Gerbangnya Raja Ampat

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Winda Destiana Putri
Raja Ampat
Foto: Google
Raja Ampat

REPUBLIKA.CO.ID, RAJA AMPAT -- Keindahan wisata bahari Raja Ampat memang sudah terhosor ke seluruh dunia. Untuk menikmatinya, setiap orang harus menginjakkan kaki terlebih dulu di Pelabuhan Waisai, gerbang pertama berbagai surga wisata yang ada di timur Indonesia.

Mereka yang pernah mengunjungi Raja Ampat tentu mengetahui Pelabuhan Waisai, pelabuhan yang jadi gerbang pertama wisatawan menjelajahi Raja Ampat. Ya, pelabuhan ini benar-benar memiliki peranan penting tersambutnya wisatawan yang mengunjungi empat pulau besar yang ada di Raja Ampat.
 
Belum banyak diketahui pula kalau Raja Ampat merupakan daerah administrasi yang berada di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat, dengan empat gugus pulaunya. Keempatnya merupakan Pulau Waigeo, Pulau Misool, Pulau Salawati dan Pulau Batanta.
 
Mitosnya, empat daerah di Raja Ampat itu berasal dari empat pangeran yang masing-masing menjadi raja dan berkuasa di Waigeo, Salawati, Misool Timur dan Misool Barat (Batanta). Disatukannya daerah kekuasaan empat raja itulah yang mendasari penamaan Raja Ampat.
 
Jika ingin menempuh perjalanan singkat, tentu wisatawan tinggal menggunakan moda transportasi pesawat dan langsung menuju Bandara Marinda yang ada di Pulau Waisai. Tapi, banyak pula pelancong biasanya memilih menggunakan kapal laut agar dapat mendapatkan sensasi lain menuju Raja Ampat.
 
Perjalanan dapat dimulai dari Pelabuhan Rakyat Sorong, yang menyediakan beberapa pilihan kapal seperti Marina Express atau Bahari Express. Untuk menggunakannya, wisatawan cukup membayar tiket dengan kisaran 125 ribu dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 45 menit.
 
Dalam kapal berkapasitas rata-rata sekitar 300 orang itu terdapat fasilitas yang cukup lengkap mulai dari toilet, pendingin ruangan, televisi dan jaket pelampung. Penumpang dapat pula naik ke atap kapal berlantai dua tersebut untuk sekadar mengambil foto.
 
Ada pula kantin yang menyediakan mi cepat saji, minuman dingin dan hangat sampai camilan-camilan ringan. Tenang, kisaran harganya rata-rata 10 ribu rupiah, tidak lantas mahal seperti di tempat-tempat wisata Indonesia yang biasanya langsung menaikkan harganya.
 
"Ya, fasilitas ruangan yang ada di kapal cukup lengkap, dan enaknya ada yang jualan, terus harganya tidak selangit," kata Agus, salah satu wisatawan asal Yogyakarta, sambil membawa teh yang dibelinya di kantin kapal, Kamis (21/9).
 
Jika bosan berada di ruangan, penumpang dapat naik ke atap untuk mengambil foto, melihat laut luas atau sekadar mencari udara segar. Dek belakang kapal dapat pula dikunjungi untuk melihat jejak air yang terbelah laju kapal. Sejuknya angin laut membuat terik matahari tidak terasa menyengat.
 
Satu yang perlu diingat, kapal tidak berangkat setiap saat dan hanya akan tersedia pada pukul 09.00 untuk berangkat dari Pelabuhan Rakyat Sorong, dan pukul 14.00 untuk kembali dari Pelabuhan Waisai. Jika terlambat, wisatawan dapat menginap di berbagai penginapan di Raja Ampat.
 
Laju kapal yang melambat menandakan kalau perjalanan akan segera berakhir, dan telah dekat dengan Pelabuhan Waisai. Setibanya di pelabuhan, wisatawan akan menemui kerumunan orang yang menawarkan jasa transportasi, yang tentu harganya bervariasi 100-300 ribu.
 
Agar tidak repot melalui proses tawar menawar, wisatawan dapat terlebih dulu membuat janji dengan supir-supir atau jasa penginapan sebelum berangkat ke Pelabuhan Waisai. Belakangan, sebagian besar wisatawan memilih untuk ikut open trip yang telah mencakup transportasi dan penginapan.
 
Nur, salah satu warga asli Raja Ampat menuturkan, setidaknya open trip diikuti 10 orang wisatawan, agar biaya-biaya seperti transportasi dan penginapan dapat dilakukan dengan sistem patungan. Wisatawan diharap dapat selektif memilih open trip yang banyak ditawarkan di media sosial.
 
Untuk itu, Nur menolak tegas anggapan yang berkembang di masyarakat, kalau berwisata ke Raja Ampat sangat mahal dan harus merogoh kocek yang dalam. Ia menekankan, harga-harga yang ditawarkan agen perjalanan tentu beragam dan wisatawan dapat memilih yang biayanya terjangkau tapi tetap terjamin.
 
Ia mengatakan, harga penginapan-penginapan sendiri sebenarnya biasa dan berkisar 1-3 juta per malam. Tapi, Nur tidak menampik ada oknum-oknum yang membandrol dengan harga fantastis, terutama kepada wisatawan asing yang bisa sampai puluhan juta per malam.
 
"Yang satu juta pun ada, tapi ada yang bisa sampai 28 juta satu malam, itu biasanya wisatawan-wisatawan Eropa," ujar Nur.
 
Nur menilai, tindakan oknum itu justru merugikan karena bisa mengakibatkan penurunan wisatawan ke Raja Ampat, lantaran anggapan Raja Ampat mahal terus berkembang. Karenanya, ia menyarankan, wisatawan dapat pergi berkelompok dan memesan dan memastikan tranportasi serta penginapan sebelum berangkat.
 
Senada, Alfi, seorang wisatawan yang berangkat dari Jakarta merasa, anggapan wisata Raja Ampat mahal akan merugikan daerah itu sendiri. Pasalnya, orang justru akan berpikir dua kali jika ingin berwisata ke Raja Ampat, lantaran biaya yang dikabarkan selangit.
 
"Iya, kabar-kabar itu justru merugikan," kata Alfi.
 
Sesampainya di Pelabuhan Waisai, barulah perjalanan menyusuri surga wisata bahari Raja Ampat dimulai. Wisatawan tinggal memilih mau ke Pulau Waigeo, Salawati, Misool Timur atau Misool Barat, yang semuanya menawarkan keindahan laut dan pemandangan alam yang luar biasa.
 
Sejumlah pantai yang dapat dikunjungi di antaranya Pantai Waisai Torang Cinta (WTC), Waiwo, Cemara, Yeben dan Arborek. Ada pula tempat tersohor seperti Wedding Rock, kepulauan berbentuk hati Mios Kon, Pianemo, Pasir Timbul, Batu Pensil, dan tempat-tempat lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement