Sabtu 23 Sep 2017 12:06 WIB

Wisata Ziarah ke Pulau Penyengat

Rep: Irwan Kelana/ Red: Yudha Manggala P Putra
Warga menziarahi makam Raja Abdurrahman di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, Rabu (24/2)
Foto: Antara/Yudhi Mahatma
Warga menziarahi makam Raja Abdurrahman di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, Rabu (24/2)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Objek yang selalu dituju para wisatawan Muslim yang datang ke Bintan adalah Pulau Penyengat. Ya, pulau ini menjadi favorit para wisatawan Muslim, termasuk pengunjung dari Malaysia dan Singapura banyak yang datang ke mari.

Mereka ingin menyaksikan secara langsung  peninggalan kerajaan Riau Lingga di Pulau Penyengat. Sebab, dahulunya Singapura dan Malaysia, khususnya Malaka, merupakan bagian dari Kerajaan Riau Lingga. Hal itu diungkapkan takmir masjid Pulau Penyengat yang bernama Raja Chaidir.

Dalam buku Peninggalan-peninggalan Sejarah di Pulau Penyengat yang disusun oleh R Hamzah Yunus dan diterbitkan oleh Yayasan Kebudayaan Indera Sakti Pulau Penyengat Tanjung Pinang disebutkan, Pulau Penyengat terletak di sebelah barat Kota Tanjungpinang sejauh kurang lebih 1,5 km dari Kota Tanjungpinang. Luasnya tidak lebih dari 1,5 km. Tanahnya berbukit-bukit terdiri dari pasir bercampur kerikil, sementara pantainya umumnya landai; sebagian berumput, sebagian lagi berbatu karang.

Pulau Penyengat adalah sebuah pulau kecil berstatus  kelurahan yang bernama Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang. Jarak Pulau Penyengat dari Tanjungpinang hanya sekitar 1,5 km. Pulau tersebut terlihat dari Kota Tanjungpinang. Waktu tempuh pompong  ke Pulau Penyengat hanya sekitar 10 menit.

Ongkos pompong Rp 40 ribu per orang. Pompong tersebut juga bisa dicarter. Baik satu kali jalan maupun pulang pergi (PP). Tarif charter satu kali jalan Rp 200 ribu, sedangkan PP Rp 300 ribu.

Pulau Penyengat menyimpan banyak kisah sejarah. Pada tahun 1800-an, Pulau Penyengat menjadi negeri tempat kediaman Sultan Riau-Lingga. Sayang, sisa-sisa keagungan dan kebesaran Kerajaan Riau Lingga di Pulau Penyengat saat ini boleh dikatakan sudah pupus sama sekali. Tinggal hanya puing-puing berserakan, antara lain masjid yang terawat baik, dan empat buah kompleksmakam/kuburan diraja (makam Engku Putri Permaisuri Sultan Mahmud, makam Raja Haji Marhum, makam Marhum Jaafar, dan Marham Kampung Bulang). Selain itu,  dua  buah bekas istana dan beberapa buah gedung lama, serta benteng, sumur, taman dan sebagainya.

Masjid Pulau Penyengat sampai saat ini masih terawat baik. Dindingnya memadukan warna hijau dan kuning keemasan. Masjid yang ditopang oleh empat tiang beton itu tampak kokoh. Keberadaan  17 buah menara dan kubah membuat masjid itu pun tampak indah. Masjid ini dibangun sekitar tahun 1832 oleh Raja Abdul Rahman. Konon masjid ini dibangun menggunakan campuran pasir dan putih telur dan tanah liat, kata Takmir Masjid Pulau Penyengat Raja Chaidir.

Untuk berkeliling Pulau Penyengat, pengunjung bisa menggunakan jasa becak motor (bentor). Satu bentor bisa muat sampai dua sampai tiga orang. Pengunjung bisa menyewa dengan hitungan jam atau satu hari (maksimal 9 jam).

Kalau penumpangnya dua orang, tarif per jam Rp 30 ribu. Kalau penumpangnya tiga orang, tarifnya Rp 40 ribu per jam. Kalau sewa satu hari Rp 300 ribu. Waktunya dari pukul 08.00 sampai pukul 17.00, kata Ifan, salah seorang pemilik bentor.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement