Sabtu 26 Aug 2017 17:19 WIB

Festival Lampung Krakatau Hadirkan Lima Gajah Way Kambas

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Andri Saubani
Penangkaran Gajah, Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung, (20/3).
Foto: Republika / Darmawan
Penangkaran Gajah, Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung, (20/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Pesta pawai budaya pada ajang Lampung Krakatau Festival (LKF) 2017 menghadirkan lima gajah dari Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Kabupaten Lampung Timur di Lapangan Saburai, Bandar Lampung, Sabtu (26/8). Gajah tersebut dihias budaya Lampung dan ditumpangi muli (perempuan) dan mengkhanai (lelaki) dan masing-masing pawangnya.

Pawai budaya tersebut menampilkan adat dan budaya dari 15 kabupaten/kota di Lampung. Lima gajah tersebut melakukan atraksinya sebelum pelepasan peserta pawai keliling jalan-jalan protokol kota. Pawai budaya tersebut bagian dari rentetan acara (LKF), namun warga Kota Bandar Lampung belum terlihat antusias untuk menonton.

Pembukaan LKH telah dilakukan pada Jumat (25/8) petang. Sedangkan agenda tur ke Gunung Anak Krakatau (GAK) digelar Jumat pagi hingga Sabtu. Agenda LKF tahun ini, berdasarkan pengamatan Republika masih sepi pengunjung. Bahkan beberapa warga yang ditemui bahkan banyak yang tidak mengetahui adanya agenda tahunan bergengsi di Provinsi Lampung tersebut.

“Saya malah tidak tahu ada Festival Krakatau sekarang. Soalnya, bulan Agustus ini banyak acara tujuh belasan di kampung kami,” kata Iwan, warga Kaliawi, Tanjungkarang Pusat, Bandar Lampung.

Karyawan pegawai swasta tersebut mengatakan, seharusnya festival tersebut lebih gencar promosi dan sosialisasinya di kampung-kampung. Selain itu, acaranya hendaknya menonjolkan adat dan istiadat Lampung yang selama ini mulai terpinggirkan.

Sedangkan Yuni, warga Bandar Lampung lainnya menyatakan, gaung LKF sepertinya masih sepi di media sosial. “Saya justru tidak terpikirkan dengan adanya fesitival di provinsi saya. Saya lebih tertarik dengan nonton SEA Games di Kuala Lumpur,” tutur mahasiswa tersebut.

Agenda peserta tur ke GAK pada Sabtu (26/8), keterangan yang diperoleh Republika, gagal mendaki gunung yang pernah meletus Agustus 1883. Peserta tur yang telah dilepas Kepala Dinas Pariwisata Lampung di lapangan Korpri Pemprov Lampung dan telah menginap di Pulau Sebesi (pulau terdekat GAK) pada Jumat malam.

Penyelenggara LKF 2017 membatalkan agenda pendakian GAK karena belum mendapat izin dari Kementrian Kehutanan. Pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Konservasi Wilayah 3 Lampung tidak membolehkan kunjungan wisata.

BKSDA menyatakan, wilayah GAK membolehkan kunjungan dalam rangka penelitian sesuai dengan Undang Undang, karena GAK termasuk Cagar Alam. Sedangkan kunjungan wisata untuk mendaki dilarang berdasarkan undang undang cagar alam. “Panitia mengubah agenda kunjungan, tidak jadi ke Gunung Anak Krakatau,” kata Aan, salah seorang peserta tur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement