Rabu 16 Aug 2017 19:03 WIB

25 Tempat Wisata di Yogyakarta Rawan Bencana

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Qommarria Rostanti
Warga menyeberang genangan banjir rob di kawasan pantai Somandeng, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Kamis (9/6).
Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Warga menyeberang genangan banjir rob di kawasan pantai Somandeng, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Kamis (9/6).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Lokasi wisata yang berada di sekitar tebing dinilai perlu diwaspadai, terutama terkait kemungkinan adanya longsor. Para pengelola tempat wisata pun didorong untuk mengenal mitigasi bencana.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Krido Suprayitno, mengatakan salah satu caranya dengan menginduk di desa tangguh bencana atau forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) yang ada di wilayahnya. Dia mencontohkan, untuk lokasi wisata Kalibiru Desa Hargowilis Kulon Progo, maka pengelola wisata harus masuk kelompok Desa Tangguh Bencana Hargowilis. "Sehingga untuk pembinaan lebih lanjut, terpola dan kontijensi lokal harus menginduk kontijensi desa karena forum PRB ada di desa," kata dia di gedung DPRD DIY, Rabu (16/8).

Krido mengatakan SDM di tempat wisata yang berada di lokasi rawan bencana, mereka dilatih untuk menangani korban-korban bila terjadi bencana. Menurut dia, di DIY diperkirakan ada sekitar 25 tempat wisata yang rawan bencana yang didominasi bencana longsor dan angin puting beliung sehingga pengelola wisata harus ada yang mendapatkan pembekalan tentang pengurangan risiko bencana.

Tempat wisata yang rawan bencana itu ada dua spesifikasi yakni daerah tebing dan pantai. Karena itu, pada 2018, BPBD DIY sudah memprogramkan peningkatan kapasitas dankewaspadaan terhadap bencana. ''Kami tidak membentuk kegiatan baru, melainkan kegiatan yang ada dikembangkan di daerah pusat-pusat pertumbuhan termasuk di tempat wisata yang mempunyai risiko bencana," kata dia.

Ketika ditanya tentang Kawasan Rawan Bencana (KRB) III yang juga sebagai tujuan wisata, Krido mengatakan di KRB III boleh dipakai untuk aktivitas termasuk wisata. Tetapi yang melakukan aktivitas harus memahami mitigasi bencana. Dia menyebut, siapapun yang ada di lokasi KRB III harus memahami mitigasi bencana. Komunikasi, kata Krido, harus diperkuat. Seperti halnya kegiatan komunitas jeep Lava Tour harus mempunyai mitigasi komunikasi. "Ketika daerah hujan ya kita tarik ke bawah. Komunikasi seperti itu harus diperkuat. Di samping itu komunitas jeep yang ada di lereng Merapi tahun 2017 sudah dimulai dilatih, mereka juga termasu relawan bencana,'' ujarnya.

Saat dimintai pendapatnya tentang ada 25 lokasi wisata yang rawan bencana, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) DIY, Aris Riyanta, mengatakan Dispar DIY memberikan pemahaman kepada pelaku wisata dan masyarakat dengan jargon yang diketahui bersama yakni aksi sapta pesona. Di dalam aksi sapta pesona itu salah satunya harus aman. "Yang dimaksud aman di sini tidak sekadar aman dari pencopet atau pencuri, melainkan membuat suasana yang aman di lingkungannya. Kalau daerah wisata itu merupakan daerah banjir maka harus aman saluran airnya supaya bila terjadi hujan tidak banjir, membuat blangket tebing-tebing supaya tidak ambrol,'' jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement