Sabtu 05 Aug 2017 17:58 WIB

Dari Patah Hati Menjadi Kampung Selfie

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Qommarria Rostanti
Penggagas Kampung Selfie Sempoja, Aziz Suhadi.
Foto: Muhammad Nursyamsyi/Republika
Penggagas Kampung Selfie Sempoja, Aziz Suhadi.

REPUBLIKA.CO.ID, Patah hati menjadi alasan Aziz Suhadi menumpahkan perasaannya melalui sebuah karya seni. Pemuda berusia 22 tahun ini menjadikan kegagalan kisah cintanya menjadi sebuah karya menarik di kampung halamannya di Dusun Sempoja, Desa Menemeng, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Orang-orang lebih mengenal lokasi tersebut sebagai Kampung Selfie. Semuanya berawal saat Aziz menempuh bangku kuliah di Akademi Perawatan Ngudi Waluyo, Semarang, Jawa Tengah, pada 2013. Perjalanan kuliahnya tak berbeda dengan mahasiswa umumnya yang disibukkan dengan aktivitas mengerjakan tugas dan menyelesaikan materi kuliah. Sejak awal kuliah, dia pun merajut asmara dengan mahasiswi berbeda kampus yang merupakan warga asli Semarang.

Namun, semangat menempuh pendidikan demi mengubah nasib keluarga pupus di tengah jalan. Tersisa satu tahun masa kuliah, anak semata wayang ini terpaksa keluar dari kampus lantaran tidak ada biaya lagi untuk meneruskan kuliahnya. Secara kebetulan, kisah asmaranya pun kandas hingga akhirnya Aziz bingung melanjutkan jalan hidupnya. Gagal melanjutkan kuliah dan asmara dalam waktu yang berdekatan menjadi pukulan telak baginya.

Tak mudah bagi Aziz untuk bangkit dari masa-masa suramnya tersebut. Dia sangat terpukul dan kebingungan. Hingga pada akhirnya, dia memutuskan kembali ke kampung halamannya pada 2016. Dia percaya apa-apa yang sudah ditakdirkan Allah SWT akan menjadi pelajaran berharga baginya.

Meski gagal dalam bidang akademik, Aziz mempunyai rencana apik untuk membangun kampungnya. Walaupun sempat berkutat di bidang kesehatan, rupanya dia memendam bakat melukis dan menggambar. Pengalamannya berkunjung ke kampung pelangi di Semarang dan kampung warna-warni di Malang, Jawa Timur, menjadi inspirasi baginya untuk mengembangkan hal serupa di Sempoja.

Kegagalan cintanya pun dia torehkan dalam coretan-coretan indah penuh warna-warni. Sejumlah dinding rumah dan dinding gang di kampungnya disulap menjadi pemandangan yang menarik. Aziz merangkul para pemuda untuk menumpahkan kreasi mereka dalam menghias kampung. Tonggak karya cipta anak-anak Sempoja mulai tercipta pada Juni lalu dengan menetapkan cap Kampung Selfie Sempoja.

Iuran sebesar Rp 20 ribu pun digerakkan para pemuda untuk membeli cat hingga akhirnya terkumpul uang sebesar Rp 300 ribu. Lantaran dirasa masih kurang, Aziz terpaksa menjual knalpot sepeda motornya.

"Awal-awal banyak yang tidak percaya dan pesimis," ujar Aziz saat disambangi Republika.co.id di Dusun Sempoja, Sabtu (5/8).

Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat Aziz untuk memajukan kampungnya. Aziz berharap, dengan sajian warna-warna membuat warga di kampungnya semakin sadar akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Kegiatan positif ini juga dia lakukan untuk meminimalisasi kebiasaan negatif seperti konsumsi minuman keras yang dilakukan sejumlah pemuda di kampungnya. Sebelum adanya Kampung Selfie, aktivitas perkumpulan pemuda di kampungnya terkesan vakum lantaran tidak ada kegiatan apa-apa. Perlahan namun pasti, para pemuda mulai berkumpul dan bekerja sama mempercantik wajah Sempoja.

Sedikitnya 11 rumah warga di Sempoja sudah disulap dengan lukisan-lukisan beragam bersama sejumlah dinding di jalan-jalan yang ada di Sempoja. Coretan-coretan kekinian yang sangat cocok dibagikan di sosial media ramai terpampang di sejumlah ruas jalan di kampung dengan 200 kepala keluarga (KK) tersebut. Berbagai kalimat unik bisa pengunjung temukan di sana, diantaranya Kata Mamah Enggak Boleh Pacaran di Pinggir Jalan Mending Pacaran di KUA, Enggak Jaman Balikan Sama Mantan, Halalin atau Tinggalin, Kuburan Mantan, dan Yang Nunggu Sabar, Yang Ditunggu Sadar. Banyak pengunjung berswafoto di depan tulisan-tulisan tersebut.

Meski malu-malu, Aziz mengaku tulisan itu datang dari pengalaman pribadinya. Dengan kegemaran melukis, Aziz menumpahkan yang dirasakan melalui coretan-coretan di Kampung Selfie tersebut. Meski ada juga beberapa tulisan yang merupakan usulan dari teman-temannya di kampung ini. Tak hanya tulisan, ada juga gambar-gambar bertuliskan Vespa, hingga ikan hiu yang seakan hendak menerkam pengunjung.

Aziz mengatakan Kampung Selfie Sempoja masih jauh dari kata maksimal. Keterbatasan dana menjadi alasan utama. Padahal, dia dan rekan-rekannya memiliki impian besar untuk menjadikan Kampung Selfie Sempoja sebagai destinasi alternatif bagi sektor pariwisata Lombok.

Salah satu rencana ke depan dia ingin memperbanyak lagi bangunan yang dilukis. Aziz sudah merencanakan untuk membuat lukisan dengan model tiga dimensi. Selain itu, untuk memiliki sumber pendapatan sendiri, dia dan rekan-rekannya sedang berusaha membuat kerajinan tangan bertuliskan Kampung Selfie Sempoja, mulai dari gelang, kalung, dan suvenir lainnya. Saat ini, rata-rata 10 pengunjung dari dalam dan luar Lombok datang ke Sempoja setiap harinya untuk sekadar berswafoto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement