Jumat 28 Jul 2017 06:27 WIB

Tour Leader Muslim Bersertifikat Kunci Keberhasilan Paket Wisata

Assesor dan tour leader dari Patuna Travel yang akan mengikuti ujian sertifikasi
Foto: Gunawan Surbakti)
Assesor dan tour leader dari Patuna Travel yang akan mengikuti ujian sertifikasi

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Reja Irfa Wibowo, wartawan Republika

Kemampuan seorang tour leader dalam memimpin sebuah perjalanan wisata menjadi salah satu kunci keberhasilan sebuah paket wisata. Tidak hanya memimpin, seorang tour leader juga diharapkan mampu mengatur sebuah perjalanan wisata. Mulai dari mempersiapkan keberangkatan, akomodasi dan keperluan selama di destinasi wisata, hingga akhirnya para peserta wisata kembali dengan selamat.

Tidak hanya berperan sebagai pemandu wisata, yang bisa menjelaskan berbagai hal terkait tempat tujuan wisata, seorang tour leader juga mesti mampu mengatur dan mengorganisasikan berbagai keperluan selama perjalanan wisata. Bahkan, bukan tidak mungkin, seorang tour leader harus bisa mengatasi berbagai masalah yang timbul selama perjalanan wisata tersebut.

Dalam melakukan kerjanya, tour leader memiliki berbagai standar dan kompetensi yang telah ditetapkan. Standar dan kompetensi ini pun telah diatur dalam UU Ketenagakerjaan No 113 Tahun 2003, dan kemudian dilanjutkan dengan Peraturan Pemerintah (PP) No 23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) serta PP 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional.

Kemudian diikuti Keputusan Menteri Tenaga Kerja (Kepmenaker) Nomor KEP.55/MEN/III/2009 yang telah menetapkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Sektor Pariwisata Bidang Pimpinan Perjalanan Wisata (Tour Leader). Sertifikasi ini  tidak hanya berlaku untuk tour leader  konvensional, tapi juga tour leader yang khusus, seperti tour leader Muslim.

Khusus untuk tour leader Muslim, sertifikasi ini menjadi salah satu hal yang penting. Menurut salah satu tour leader Muslim, Arsiya Heni Puspita, sertifikasi yang dikeluarkan BNSP menjadi upaya untuk meningkatkan kualitas kemampuan seorang tour leader. "Sertifikasi dan pelatihan untuk mendapaktan lisensi dari Dinas Pariwisata itu mendukung untuk peningkatan kualitas kami," ujar Heni kepada Republika.co.id, pekan lalu.

Secara umum, Heni menambahkan, fungsi tour leader konvesional dan tour leader Muslim memang tidak jauh berbeda. Namun, dari segi nilai ataupun tanggung jawab, tour leader Muslim memilliki tanggung jawab moral untuk mengingatkan peserta perjalanan wisata terkait hal-hal yang berhubungan dengan ibadah. Seperti waktu shalat, arah kiblat, mempersiapkan tempat untuk beribadah, dan memperhatikan serta memastikan makanan yang dikonsumsi para peserta adalah makanan halal.

Para tour leader dari Patuna Travel tengah mengikuti ujian sertifikasi. (kredit foto: Gunawan Surbakti)

Managing Director PT Rafa Lintas Cakrawala Tour and Travel, yang juga merupakan seorang TL Muslim, Handayani Patrianti mengatakan, para Muslim traveller (wisatawan Muslim) sering kali sengaja meminta kepada perusahaan ataupun agen perjalanan untuk didampingi tour leader Muslim. Karena itu, tour leader Muslim diharapkan memiliki keterampilan-keterampilan khusus. Mulai dari pemahaman terhadap nilai-nilai keislaman, terutama tentang peribadatan, hingga informasi-informasi yang berkaitan dengan praktik peribadatan di suatu tempat.

"Saya juga berkewajiban untuk mengingatkan para peserta untuk menjaga shalat. Selain itu, dari sisi objek wisata yang dipilih, Tour Leader Muslim juga akan lebih baik membawa peserta perjalanan wisata ke tempat-tempat bersejarah ataupun lokasi yang terkait dengan keislaman, seperti masjid raya ataupun grand mosque," kata Handayani Patrianti.

Hal senada juga diungkapkan tour leader Muslim Priyadi Abadi. Di samping kemampuan manajerial atau mengatur sebuah perjalanan wisata, termasuk pengetahuan serta seluk beluk tentang tujuan wisata tersebut, seorang tour leader Muslim juga sepatutnya mengerti soal nilai-nilai keislaman.

"Jadi persiapannya ya tentang wawasan keislaman kami dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan tour tersebut, secara umum. Tapi secara spesifik adalah tentang Islamnya, dan pastinya juga tentang attitude," ujar Priyadi, yang juga menjadi Ketua Indonesia Islamic Travel Communication Forum (IITCF) tersebut.

Terkait peningkatan kemampuan dan kompetensi, para tour leader Muslim ini kerap mendapatkan pelatihan, baik yang didapat dari asosiasi perusahaan ataupun asosiasi profesi. Pun dengan pelatihan guna mendapatkan sertifikasi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). "Kemudian ada pula sertifikasi dari BNSP. Jadi seorang tour leader  tidak dilepas begitu saja, tanpa ada skill yang benar-benar dan mumpuni. Karena itu, sangat penting sertifikasi itu," kata Handayani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement