REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kejahatan yang melibatkan anak-anak menjadi perhatian utama dalam peringatan Hari Anak Nasional (HAN). Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise, mengatakan perlu adanya kesadaran keluarga Indonesia agar memiliki pengasuhan yang berkualitas, berwawasan, keterampilan dan pemahaman yang komprehensif dalam pemenuhan hak dan perlindungan anak.
"Keluarga merupakan awal mula pembentukan kematangan individu dan struktur kepribadian seorang anak. Anak-anak akan mengikuti dan mencontoh orang tua dengan berbagai kebiasaan dan perilaku karena anak adalah kelompok makhluk yang rentan pada usia kurang dari 18 tahun," papar Yohana, Selasa (18/7)
Ia menambahkan, baik buruknya karakter atau perilaku anak di masa datang sangat ditentukan oleh pola pengasuhan yang diberikan oleh keluarga dan lingkungan terdekat anak. Berbagai peristiwa yang melibatkan anak-anak di bawah umur, seperti perkawinan anak yang menurut UNICEF pada 2016, terdapat 700 juta perempuan di dunia menikah ketika masih anak-anak.
Lalu masalah kedua adalah ancaman rokok yang menurut Depkes pada 2016, terjadi peningkatan perokok pemula usia 10-14 tahun sebesar 100 persen dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun, yaitu dari 8,9 persen pada 1995 menjadi 18 persen pada 2013. Kemudian persoalan gizi anak-anak Indonesia, dimana sekitar 37 persen anak Indonesia menderita stunting. Terakhir, maraknya kekerasan yang dialami oleh anak-anak, khususnya kekerasan seksual.
Peringatan HAN, menjadi momentum bagi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), dalam mengajak keluarga Indonesia agar lebih peduli lagi dengan anak-anak mereka. Berkaca juga dari peristiwa-peristiwa memilukan yang sedang terjadi menimpa anak-anak.
"Anak tidak hanya menjadi korban, namun tak jarang mereka juga sudah menjadi pelaku kejahatan. Kasus kekerasan, baik yang menjadikan anak sebagai korban maupun sebagai pelaku, perlu dikaji secara mendalam dan dicarikan solusi terbaiknya," ujar Yohana