Kamis 13 Jul 2017 20:20 WIB

Promosi Kunci Penting Perkuat Potensi Wisata Sumba

Presiden Joko Widodo didampingi Gubernur NTT Frans Lebu Raya saat menghadiri Festival Tenun Ikat 2017, di Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur
Foto: dok: Kemenpar
Presiden Joko Widodo didampingi Gubernur NTT Frans Lebu Raya saat menghadiri Festival Tenun Ikat 2017, di Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA TENGGARA TIMUR -- Puncak acara Festival Tenun Ikat 2017 yang dirangkai dengan Parade 1001 Kuda Sandelwood berlangsung meriah, Rabu (12/7) kemarin. Acara yang turut dihadiri Presiden Joko Widodo itu bertujuan mengangkat ragam budaya yang ada di NTT, khususnya Sumba sebagai daya tarik wisata. Baik wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata, Esthy Reko Astuti mengatakan, Nusa Tenggara Timur khususnya Pulau Sumba memiliki potensi yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata. Khususnya potensi budaya seperti tenun ikat.

"Kita bisa lihat motifnya banyak sekali, satu kabupaten punya motif sendiri. Ini menjadi satu kekayaan budaya kita," ujar Esthy dalam pernyataanya, Kamis (13/7).

Selain itu ada juga kuda Sandelwood yang merupakan asli Sumba. Kuda itu biasa digunakan dalam beragam kegiatan masyarakat. Termasuk dalam kegiatan tradisi seperti Pasola. Itu juga merupakan satu keunggulan budaya tradisi.  

Pasola merupakan permainan ketangkasan saling melempar lembing kayu dari atas punggung kuda yang sedang dipacu oleh dua kelompok yang berlawanan. Pasola merupakan bagian dari serangkaian upacara tradisional yang dilakukan oleh orang Sumba yang masih menganut agama asli yang disebut Marapu.  

"Ini tradisi yang unik, bisa menjadi sesuatu yang bisa kita jadikan daya tarik untuk mendatangkan wisatawan," kata dia.

Potensi itu kemudian dikemas dalam satu aktivitas dan dipromosikan ke negara-negara yang sesuai market-nya. Negara-negara yang masyarakatnya memang suka dengan budaya.

"Kalau budaya seperti ini biasanya negara-negara Eropa yang suka yang kaitannya dengan alam dan budaya. Tapi sekarang juga banyak di negara-negara ASEAN yang suka," ujar Esthi.

Terlebih saat ini akses transportasi, khususnya melalui udara sudah lebih baik.  

Sebelumnya Presiden Joko Widodo dalam sambutannya meminta pemerintah provinsi dan daerah bersama masyarakat dapat menjaga keberagaman tersebut sehingga dapat menjadi daya tarik wisatawan nusantara maupun mancanegara.

"Harus dipikirkan apa yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan budaya ini agar tingkat kedatangan wisatawan tetap ada walau tidak ada festival," ujar Joko Widodo.

Ia mengatakan kekayaan budaya tersebut merupakan ciri khas bangsa dan bila dikelola dengan baik akan menjadi keunggulan yang dimiliki Indonesia dibanding bangsa-bangsa lain terutama di bidang pariwisata.

"Inilah Kebhinekaan kita, Bhinneka Tunggal Ika yang harus kita jaga, karena sangat beragam," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement