Senin 03 Jul 2017 12:30 WIB

Perlukah Keramas Setiap Hari?

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Esthi Maharani
Jangan terlalu sering keramas jika tak ingin rambut rusak.
Foto: Youtube
Jangan terlalu sering keramas jika tak ingin rambut rusak.

REPUBLIKA.CO.ID, Keramas merupakan salah satu cara terbaik untuk merawat kebersihan rambut dan kulit kepala. Hanya saja, frekuensi keramas yang tidak tepat dapat menyebabkan masalah baru pada rambut dan kulit kepala. Seberapa sering seharusnya keramas dilakukan?

Direktur Hair and Scalp Clinic di University of Pennsylvania Dr George Cotsarelis mengatakan keramas sebaiknya dilakukan secara rutin untuk mencegah terjadinya seborrhea akibat jamur pada kulit kepala. Keramas rutin juga membantu membuang sel-sel kulit mati sehingga tidak menumpuk dan menjadi ketombe.

Keramas secara rutin juga membantu membuang folikel rambut mati yang dapat menumpuk jika tidak dicuci. Membuang folikel rambut yang mati dapat menstimulasi tumbuhnya rambut baru.

"Jadi, dengan banyaknya alasan berbeda, saya bukan penggemar dari keramas yang jarang," kata Cotsarelis seperti dilansir Time.

Di sisi lain, frekuensi keramas perlu disesuaikan dengan kondisi rambut. Terlalu banyak keramas juga dapat menyebabkan rambut menjadi kering dan kusam. Kondisi ini mungkin tidak terlalu menjadi masalah bagi orang-orang berambut pendek. Akan tetapi, kondisi tersebut dapat menyebabkan masalah rambut rapuh dan bercabang pada orang-orang berambut panjang.

Meski begitu, masalah rambut kering akibat terlalu sering keramas dapat diatasi dengan penggunaan kondisioner. Kondisioner dapat menggantikan peran lemak pelapis rambut yang hilang akibat terlalu sering karamas. Dengan begitu, rambut akan tetap kuat dan cantik.

Terkait frekuensi keramas, Cotsarelis menyarankan agar keramas dilakukan antara satu kali sehari hingga dua atau tiga hari sekali. Cotsarelis juga mematahkan anggapan bahwa jarang keramas dapat menyehatkan rambut.

"Saya rasa semua orang tahu, ketika rambut mereka terasa kering atau pecah-pecah mereka akan keramas lebih jarang," kata Cotsarelis.

Meski Cotsarelis menyarankan untuk keramas secara rutin dan sering, ada beberapa pengecualian dalam keramas. Untuk orang-orang yang memiliki rambut sangat keriting seperti keturunan Afrika-Amerika, keramas sebaiknya dilakukan satu kali dalam seminggu atau dua minggu.

"Jika orang dengan tipe rambut seperti ini keramas terlalu sering, rambut mereka akan menjadi terlalu rapuh dan kering, dan akan pecah-pecah," jelas Cotsarelis.

Pemilihan jenis sampo yang tepat juga penting dilakukan agar keramas memberikan hasil yang maksimal. Cotsarelis menyarankan agar sampo yang mengembangkan rambut atau volumizing shampoo sebaiknya dihindari. Jenis sampo ini umumnya sedikit merusak rambut agar membuat rambut terlihat lebih lebat dan mengembang.

Cotsarelis juga menyarankan agar masyarakat lebih berhati-hati dalam memilih sampo yang berasal dari perusahaan kecil atau diproduksi secara rumahan. Alasannya, sampo-sampo ini cenderung mengnadung banyak komponenen tumbuhan. Meski bukan hal yang buruk, cukup banyak orang yang mengalami reaksi alergi terhadap komponen tumbuhan ini.

"Saya tahu orang-orang ingin menghindari zat kimia, tapi merek-merek nasional besar cenderung melewati tes yang sangat ketat, sehingga Anda tak perlu terlalu khawatir dengan produk-produk ini," ujar Cotsarelis.

Dengan kata lain, memilih metode keramas terbaik tak hanya sekedar menentukan frekuensi keramas yang tepat. Pemilihan jenis sampo juga berperan penting demi menjaga kondisi rambut tetap sehat dan cantik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement