Senin 03 Jul 2017 11:35 WIB

Tips Liburan ke Eropa Ketika Musim Panas

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ratna Puspita
Coloseum Peninggalan Romawi kuno
Foto: Ettore Ferrari/ EPA
Coloseum Peninggalan Romawi kuno

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Bulan Juli dan Agustus, atau bertepatan dengan musim panas di bagian utara Bumi, menjadi waktu favorit untuk liburan. Namun, banyaknya pelancong menyebabkan destinasi wisata, terutama tujuan Eropa, dipadati pengunjung. Tiket liburan pun menjadi mahal. 

Dilansir dari Japan Today pada Senin (3/7), pakar perjalanan Rick Steves yang juga merupakan penulis buku panduan wisata serta pembawa acara di radio dan televisi menawarkan beberapa tips agar liburan musim panas Anda berkesan dan menyenangkan. 

1. Mengatasi keramaian

Pilihlah destinasi wisata yang tak perlu menggunakan tiket masuk. Kalaupun ada tiket masuk, pilihlah tempat yang sekaligus bisa dikombinasikan. Sebagai contoh, membeli satu tiket meliputi Bukit Palatine di Roma dan Colosseum. 

Tipsnya adalah belilah tiket di Bukit Palatine di mana tidak ada orang banyak. Kemudian, Anda bisa berjalan langsung ke Colosseum tanpa menunggu di jalur pembelian tiket di sana.

Steves melanjutkan, biasanya penumpukan antrean tiket ataupun pengunjung di sebuah destinasi wisata adalah mulai pukul 10 pagi sampai 4 sore. Karena pada saat itulah, bus wisata membawa kelompok wisatawan. Sebuah keputusan yang tepat kalau kita memilih datang sebelum atau sesudah jam tersebut.

Steves juga menganggap wisatawan seringkali bereaksi berlebihan terhadap terorisme, dan hal itu membuat banyak wisatawan yang enggan mengunjungi tempat yang identik dengan serangan.

"Banyak yang takut dalam mengambil resiko. Sehingga tempat yang ditakuti itu bisa menjadi pilihan seperti Paris atau Yunani atau bahkan Mesir dan bisa juga sendirian di piramida Giza," ujarnya.

Namun, Steves mengatakan, keramaian di liburan musim panas tidaklah selalu buruk. Sebagian besar masyarakat Eropa di utara Pegunungan Alpen menyukai keramaian. "Percaya atau tidak, kami ingin adanya kerumunan orang banyak," kata Steves.

Norwegia membosankan saat tidak ada orang banyak. Irlandia sunyi saat tidak ada orang banyak. Kerumunan meramaikan perjamuan abad pertengahan di Wales. 

2. Menjadi penduduk lokal

Steves mengatakan pelancong yang cerdas sanggup beradaptasi dengan berbagai budaya. Misalnya, siesta atau tidur siang ketika mengunjungi wilayah mediterania atau minum air panas agar tidak dehidrasi ketika berada di Turki. 

Steves juga menyarankan untuk memilih tempat menginap di pusat kota untuk memudahkan akses ke manapun. "Anda dapat beristirahat sejenak tanpa perlu membawa banyak barang," kata dia. 

Dalam pengalamannya melakukan perjalanan ke Venesia, Steves menuturkan ia selalu berjalan menikmati kota setiap pagi. "Rasanya dingin, kosong, cahaya terasa hangat dan lembut," katanya.

3. Belanjakan Sedikit Uang

Dalam setiap perjalanan wisata,  Steves juga menyarakan agar tidak terobsesi dengan anggaran atau kesepakatan. Sebagai gantinya, dia menghemat uang dengan mencoba menjadi 'penduduk lokal sementara'.

"Semakin sedikit Anda habiskan uang, semakin banyak yang Anda alami," katanya.

Selama ini, Steves bepergian dengan dua kartu kredit sehingga dia memiliki cadangan, namun dia lebih sering  menggunakan uang tunai saat berada di luar negeri.

Saat tiba di luar negeri, ia memilih langsung menuju ATM bank untuk mengambil uang, menghindari nilai tukar yang mengerikan dan biaya tinggi tambahan yang dibebankan oleh kios pertukaran mata uang dan hotel. Kalau menarik uang dari ATM, dia menyebutkan, bank menerapkan biaya tetap. 

Tips lainnya , sambung Steves, adalah kunjungi "kota kedua" yang lebih murah dan kurang ramai. Seperti di Portugal, pertimbangkan Porto bukan Lisbon. Di Perancis, Marseille bukan Paris. Lalu, di Jerman, Hamburg bukan Munich atau Berlin dan di Irlandia, Belfast bukan di Dublin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement