Kamis 15 Jun 2017 15:30 WIB

Festival Patrol Banyuwangi Hidupkan Tradisi Sahur

Kelompok musik patrol dari anggota kepolisian beraksi pada Festival Patrol Ramadan di Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (13/6). Festival tersebut digelar untuk lebih memperkenalkan tradisi masyarakat Banyuwangi saat Ramadan, dan menghidupkan kembali tradisi lama yang saat ini mulai tergeser.
Foto: Budi Candra Setya/Antara
Kelompok musik patrol dari anggota kepolisian beraksi pada Festival Patrol Ramadan di Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (13/6). Festival tersebut digelar untuk lebih memperkenalkan tradisi masyarakat Banyuwangi saat Ramadan, dan menghidupkan kembali tradisi lama yang saat ini mulai tergeser.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI – Banyuwangi memang terkenal sebagai rajanya festival. Kemarin Festival Patrol Banyuwangi 2017, juga kembali menghebohkan suasana #PesonaRamadan di ujung timur Pulau Jawa itu.

Sebanyak 25 grup patrol tampil apik di area parkir Stadion Diponegoro, Banyuwangi, Selasa (13/6) malam. Selanjutnya, grup patrol yang terdiri dari 15 orang berkeliling kampung membangunkan warga dengan alunan alat musik yang kebanyakan terbuat dari bambu.
 
Festival Patrol ini akan digelar selama dua malam, usai Shalat Tarawih. Di mulai dari Stadion Diponegoro dan berkeliling ke kampung-kampung yang ada di Kecamatan Banyuwangi. Sedikitnya ada 25 grup dari 25 kecamatan akan bermain patrol.
 
"Lewat festival ini, tradisi-tradisi menggugah sahur melalui alat musik tradisional bisa dinikmati lagi. Mereka akan keliling memutari kampung-kampung di sepanjang kota Banyuwangi sejauh tiga kilometer," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
 
Sebelumnya Azwar Anas memukul alat musik patrol bersama dengan SKPD Banyuwangi, menandakan festival tersebut dibuka. Selanjutnya, para peserta tampil memainkan musik yang hanya ada pada bulan Ramadan ini.
 
Bupati Anas mengaku Festival Patrol ini sengaja digelar untuk menghidupkan kembali tradisi lama yang saat ini sudah mulai tergeser akibat perkembangan teknologi. Menurutnya, patrol adalah tradisi unik karena hanya bisa dijumpai saat bulan Ramadan.
 
"Patrol adalah tradisi kebersamaan yang harus kita lestarikan. Tradisi ini tidak hanya membangunkan orang untuk makan sahur, tapi juga menjaga keamanan lingkungan. Melalui festival semacam ini, kita coba membangkitkan kembali tradisi lama yang sudah mulai ditinggalkan masyarakat akibat perkembangan teknologi," kata Bupati Azwar Anas.
 
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) sebelumnya menobatkan Banyuwangi, sebagai Kota Terbaik Penyelenggara Festival atau 'The Best Festival City' di Indonesia. Penobatan itu disampaikan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya saat launching Banyuwangi Festival 2017 di Kantor Kementerian Pariwisata beberapa waktu lalu.
 
"Melihat dari berbagai festival yang ada di Indonesia, Banyuwangi saya nobatkan sebagai 'The Best Festival City', atau kota terbaik penyelenggara festival. Banyuwangi peringkat pertama," kata Arief Yahya beberapa waktu lalu.
 
Menpar mengatakan, sejak 2012 Banyuwangi rutin menggelar festival yang telah terjadwal sejak awal tahun. Penyelenggaraannya pun dinilai terus mengalami peningkatan secara kuantitas dan kualitas. Tahun 2017 ini, kata Arief, Banyuwangi menggelar 72 kegiatan dalam rangkaian Banyuwangi Festival.

Menurut Arief dengan atraksi wisata seperti festival, ada dua hal yang didapat, yakni nilai budaya dan nilai bisnis. Untuk nilai budaya berkaitan dengan tingkat kebahagiaan, sedangkan nilai komersial merupakan keuntungan secara ekonomi bagi rakyat Banyuwangi.

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement