REPUBLIKA.CO.ID, BANGKALAN -- Wisata Bukit Jeddih, yang terletak di Desa Jeddih, Kecamatan Socah, Bangkalan Madura, makin memesona. Lokasi wisata yang merupakan bekas tambang kapur ini, kini menjadi telah berbenah diri hingga diminati wisatawan dalam dan luar negeri.
Bukit kapur itu awalnya adalah lokasi penambangan batu kapur. Bahkan sampai saat ini masih banyak warga yang aktif menambang. Namun karena keindahan alamnya lokasi tersebut akhirnya dialihfungsikan sebagai lokasi wisata untuk umum. Warga yang ingin menikmati keindahan alam bisa datang kapan saja.
Menteri Pariwisata Arief Yahya melalui siaran persnya, Selasa (16/5), mengatakan keputusan Pemda (Pemerintah Daerah) untuk mengubah Bukit Jeddih menjadi destinasi wisata itu sudah benar. Sebab menurutnya keindahan alam harus dilestarikan. Sementara kegiatan penambangan cenderung mengekaploitasi sumber daya alam dan mineral yang terkandung di dalamnya.
"Itulah bedanya pariwisata. Kami menganut paham, semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan," ujar Arief.
Kementerian Pariwisata menurut Arief memiliki sustainable tourism observatori (STO) yang diawasi langsung oleh United Nation World Tourism Organization (UNWTO), lembaga PBB yang bergerak di bidang pariwisata. Indonesia menurutnya memiliki tiga STO, yakni Pangandaran, Yogyakarta dan Mataram-Lombok. Ada dua lagi wilayah yang sedang diusulkan Kemenpar menurut Arief.
Berada di atas bukit, di Jeddih, Bangkalan, pengunjung seolah-olah berada di padang savana. Sebab, di sana jarang ditemui pohon maupun pemukiman warga. Obyek wisata tersebut sudah dikelola dengan baik. Di sana sudah tersedia fasilitas berupa kolam pemandian.
Akses menuju lokasi juga sangat mudah. Dari pusat Kota Bangkalan hanya memerlukan waktu 15 menit menggunakan kendaraan bermotor. Sementara dari Surabaya hanya 1,5 jam lewat Suramadu.
"Kalau masih di bawah dua jam masih bisa dikembangkan destinasinya, ini durasi yang direkomendasi pula oleh UNWTO," kata Mantan Dirut PT Telkom ini.
Pengelola Wisata Kolam Jaddih, Imam Sujono (37 tahun) mengatakan, pengunjung lebih banyak berasal dari luar Madura. Wisatawan mancanegara juga sering datang ke Bukit Jaddih. Menurut Imam, wisatawan asing biasanya berkunjung saat akhir pekan atau libur panjang. Sementara pada hari biasa, pengunjung lebih banyak penduduk lokal Madura.
”Warga Bangkalan sendiri jarang datang ke sini,” katanya.
Selain itu, wisata Kolam Bukit Jeddih juga sering dijadikan tempat melaksanakan berbagai kegiatan. Hal itu sebagai upaya agar Bukit Jeddih semakin populer. Imam mengatakan tempat wisata ini seperti yang dimiliki Bali, yaitu tempat wisata bekas galian atau penambangan.
Pengunjung tak hanya bisa menikmati kolam yang airnya diambil dari sumber di lokasi tersebut. Pengunjung juga dapat menikmati pemandangan salah satu bukit tertinggi di Kota Bangkalan. ”Banyak orang yang penasaran pada tempat ini,” ujarnya.
Untuk bisa masuk ke wisata kolam, pengunjung harus membayar Rp 7.500 per orang pada hari biasa dan Rp 10 ribu pada hari libur. Sementara pengendara motor yang berboncengan harus merogoh kocek Rp 20 ribu pada akhir pekan dan Rp 15 ribu pada hari biasa. Karcis untuk mobil Rp 30.000 pada akhir pekan dan Rp 25.000 pada hari biasa.
”Mobil itu penumpangnya dihitung per orang,” ujar Imam.
Jika pontensi wisata Bangkalan dikelola dengan serius bisa menjadi pemasukan pendapatan baru bagi Bangkalan. Data dinas kebudayaan dan pariwisata (disbudpar) menunjukkan pada 2015 tercatat 1.777.251 wisatawan ke Kota Salak itu. Namun pada 2016, hanya 1.694.092 pengunjung atau terpaut 83.159.
Data wisatawan ini berdasarkan jumlah kunjungan di 14 objek wisata alam, budaya, dan religi. Kepala Disbudpar Bangkalan Lily Setiawaty Mukti mengaku telah bekerja sama dengan agen perjalanan luar negeri. Kerja sama itu untuk kembali menarik minat wisatawan asing.
”Kami adakan pertemuan dengan sejumlah agen perjalanan luar negeri. Sekitar 20 negara. Kami paparkan semua potensi. Kami promosikan,” ujar Lily yang juga berencana meningkatkan promosi wisata alam.
Rencana pengembangan ini menurutnya akan berlangsung bertahap. Promosi pada tahun ini diharapkan akan mendongkrak pengunjung pada 2018. Tak hanya wisata religi, Bangkalan juga berkomitmen mengembangkan sektor wisata lainnya.