REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG – Begitu banyak bangunan bersejarah yang menjadi daya tarik wisatawan di Semarang, Jawa Tengah. Salah satu di antaranya, Klenteng Sam Po Kong yang terletak di daerah Simongan, sebelah barat daya Kota Semarang.
Klenteng ini bukan tempat ibadah biasa tapi memiliki sejarah yang kuat, baik untuk kaum Muslim maupun para keturunan Cina di Semarang. Bangunan tersebut memiliki keterikatan kuat dengan sosok Muslim terkenal dari Cina, Laksamana Cheng Ho.
Menurut cerita, pengelana dunia tersebut sempat singgah di Semarang akibat terdapat para prajuritnya yangs sakit saat melintas Laut Jawa. Kemudian dia pun mulai memerintahkan para prajuritnya untuk membuang sauh. Lalu merapat ke Pantai Utara Semarang untuk berlindung di sebuah goa dan mendirikan masjid di tepi pantai yang sekarang telah berubah fungsi menjadi klenteng.
Kini, bangunan itu telah berada di tengah kota Semarang. Perpindahan letak itu diakibatkan Pantai Utara Jawa yang selalu mengalami proses pendangkalan. Hal ini karena terdapatnya proses sedimentasi sehingga lambat-laun daratan akan semakin bertambah luas ke arah utara.
Konon, setelah Cheng Ho meninggalkan tempat tersebut karena harus melanjutkan pelayarannya, banyak awak kapalnya yang tinggal di desa Simongan. Mereka menikah dengan penduduk setempat sehingga sangat wajar apabila menemukan warga setempat yang seakan memiliki ciri fisik dari Negeri Ginseng itu hingga kini.
Dari sisi bangunan, Klenteng Sam Po Kong ini terbilang unik. Salah satunya terdapat sisi religius yang biasanya menggunakan warna merah, tapi satu bagian Sam Po Kong menggunakan corak hijau. Corak hijau yang identik dengan keislaman ini diterapkan untuk mengingat sosok Laksamana Cheng Ho yang merupakan seorang Muslim.
Secara harfiah, Sam Po Kong berarti orang-orang yang diagungkan. “Dan itu tertuju pada sosok Laksmana Cheng Ho,” ujar pemandu wisata Klenteng Sam Po Kong, Desy.
Sebagai wujud penghormatan, masyarakat setempat juga membangun patung Laksamana Cheng Ho. Patung yang terbuat dari perunggu asli Cina dengan tinggi 12 meter ini berdiri tegak di salah satu sudut halaman klenteng. Patung tertinggi di Asia Tenggara ini merupakan spot yang paling banyak dikunjungi wisatawan.
Untuk dapat menikmati spot menarik di klenteng tersebut, pengunjung lokal dewasa hanya perlu mengeluarkan uang sebesar Rp 5 ribu sedangkan anak Rp 3 ribu. Jika menikmati di hari libur nasional, tiket masuk biasanya agak sedikit dinaikkan menjadi Rp 8 ribu (dewasa lokal) dan Rp 5 ribu (anak lokal).
Sementara bagi turis internasional, pihak klenteng mematok harga sebesar Rp 25 ribu (dewasa di hari kerja) dan Rp 13 ribu (anak). Lalu harga tiket akan dinaikkan menjadi Rp 28 ribu dan Rp 15 ribu saat hari libur nasional maupun Ahad.
Dengan mengungjungi klenteng ini, turis bukan saja dapat melihat aktivitas ibadah para penganut Konghucu setempat. Wisatawan juga bisa mendapatkan pengetahuan lebih tentang Laksamana Cheng Ho dari bangunan dan sudut-sudut klenteng ini.