REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bahasa menjadi tantangan paling mendesak bagi Kementerian Pariwisata untuk menarik turis Cina ke tanah air. Ketika volume arus wisman Cina ke Tanah Air mulai melimpah, problem itu semakin kelihatan nyata.
Jumlah tour guide Mandarin kurang, interpreter kurang, petugas hotel, bandara, restoran, pelayan toko, jasa transportasi, semua serba terbatas. Sedangkan belajar bahasa Mandarin, butuh waktu lama. Kini, masalah tersebut teratas dengan munculnya kerjasama antara perusahaan berbasis teknologi dan media asal Cina Baidu, dengan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Republik Indonesia untuk meningkatkan edukasi mengenai pariwasata Indonesia pada masyararakat Cina.
Menteri Pariwasata Republik Indonesia Arief Yahya mengatakan kemitraan tahun ini merupakan kedua kalinya, dimana hasilnya impresif. Jumlah kunjungan wisatawan Cina ke Indonesia berhasil meningkat, bahkan Bali mengalami peningkatan 43,4 persen. "Akses terhadap informasi terkait pariwisata singkat mampu menarik minat lebih dari 320ribu pembaca dengan impresi di atas 1 juta," ujarnya di kantornya, Jakarta, Kamis (4/5).
Menurutnya, kata kunci 'Bali Island' meningkat sebesar 45 persen dan pencarian kata kunci 'Indo Travel' juga meningkat sekitar 11 persen. "Dengan pemanfataan Baidu Maps dan Qunar, kami optimistis wisatwan Tiongkok akan semakin teredukasi tentang Indonesia dan semakin mudah menjangkau Indonesia," ucap Arief.