REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ratusan abdi dalem Keraton Yogyakarta bersama masyarakat khidmad mengikuti upacara adat Labuhan Gunung Merapi yang merupakan Hajat Dalem Kraton Ngayogyakarto Hadininingrat di Bangsal Srimanganti, Desa Umbulharjo, Cangkringan Sleman, Jumat (28/4).
Prosesi labuhan Gunung Merapi diawali dari Joglo Kinahrejo atau petilasan rumah Mbah Maridjan yang dipimpin langsung Juru Kunci Gunung Merapi Mas Kliwon Suraksohargo, selanjutnya sekitar pukul 07.00 WIB rombongan abdi dalem yang membawa ubo rampe diikuti ratusan warga bergerak naik menuju Bangsal Srimanganti di Pos I jalur pendakian Gunung Merapi.
Setelah menempuh rute berjalan kaki hampir sekitar dua jam, rombongan tiba di Bangsal Srimanganti dan dilanjutkan prosesi labuhan uba rampe. Selesai uba rampe ditata di pelataran Bangsal Srimanganti, selanjutnya dilakukan doa yang dipimpin Juru Kunci Merapi Mas Kliwon Suraksohargo.
"Labuhan ini sebagai ungkapan rasa syukur 'Pengetan Jumenengan Dalem" atau peringatan naik tahkta Sultan Hamengku Buwono X. Upacara adat rutin labuhan alit tahun ini, sebagai ungkapan rasa syukur raja Keraton Yogyakarta, dalam upacara ini dilabuh benda-benda yang merupakan barang pribadi kesukaan Sri Sultan HB X," kata Mas Kliwon Suraksohargo.
Selain uba rampe labuhan juga menyertai berbagai sesaji seperti kembang setaman, nasi tumpeng, ingkung serta serundeng, yang dibagikan kepada setiap pengunjung setelah selesai upacara labuhan.
"Selain itu, Labuhan Gunung Merapi ini sekaligus sebagai simbol menjaga keselarasan hidup manusia dengan Tuhan, sesama, dan lingkungan," katanya.
Sedangkan Uba rampe yang dilabuh tersebut meliputi Sinjang Limaran, Sinjang Cangkring, Semekan Gadung, Semekan Gadung Mlati, Peningset Udaraga, Seswangan, Seloratus Lisah Konyoh, Kembang Setaman, Yotro Tindih, Destar Doromuluk, dan lainya.
"Upacara adat labuhan Merapi tetap digelar dengan sederhana dan tata cara pelaksanaan juga tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya," katanya.