Kamis 27 Apr 2017 18:28 WIB

Dive Center Asing Picu Perkembangan Wisata Labuan Bajo

Laut di sekitar Pulau Komodo kerap dijadikan lokasi menyelam turis.
Foto: Republika/Darmawan
Laut di sekitar Pulau Komodo kerap dijadikan lokasi menyelam turis.

REPUBLIKA.CO.ID, LABUAN BAJO -- Operator wisata selam (dive center) asing di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, yang melayani penyelaman di sekitar Pulau Rinca dan Komodo mendominasi industri wisata bahari di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.

Meskipun demikian hal itu memberikan dampak positif, yakni pesatnya kunjungan turis asing dan pertumbuhan industri pariwisata di pulau Flores tapi juga merugikan tour operator lokal. "Kita akui hampir semua 'dive center' di Labuan Bajo dikuasai oleh asing, tapi merekalah yang membawa banyak turis asing ke Labuan Bajo sehingga kunjungan wisatawan mancanegara meningkat pesat," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Theodorus Suardi, Kamis (27/4).

Operator asing banyak membantu mempromosikan wisata Komodo dan penyelaman di sekitar Pulau Rinca dan Komodo ke seluruh dunia. "Mungkin karena para turis asing percaya dengan promosi yang dilakukan operator selam asing karena faktor komunikasi yang mudah," kata Theodorus.

Selain itu juga hobi menyelam itu memiliki risiko tinggi. Faktor keselamatan jiwa menjadi taruhan. Karena itu, turis asing mungkin lebih percaya operator selam asing untuk mengatur dan memandu wisata di sekitar Pulau Komodo dan Rinca yang berada dalam wilayah Manggarai Barat.

Tapi, kata Kadinas pariwisata Manggarai Barat itu, hampir semua "dive center" asing itu merekrut pemandu selam lokal. "Jadi kehadiran 'dive center' asing juga membawa lapangan pekerja bagi para pemuda Flores untuk menjadi pemandu selam," katanya.

Katherin, seorang warga Jerman dan salah satu pengelola "dive center" asing Lagona Divers, mengakui pertumbuhan operator selam di Labuan Bajo sangat pesat. "Saya masuk ke Labuan Bajo dan mengelola Lagona Divers tahun 2009, cuma ada lima operator selam saja saat itu, tapi kini ada sekitar 45-50 operator selam. Mayoritas operator selam itu milik warga asing, tapi pemandu selamnya mayoritas warga lokal," katanya.

"Setiap tahun, kami mempromosikan wisata bahari di Kepulauan Rinca dan Komodo ke berbagai negara Eropa seperti Jerman, Belanda, Perancis, Swiss, Austria hingga ke Polandia," katanya.

Dia juga mempromosikan hingga ke Amerika. Hampir 80 persen, penyelam yang menggunakan jasanya adalah turis asing dan 20 persen sisanya turis Indonesia. "Turis asing yang kami bawa rata-rata menginap minimal satu minggu," ujar Katherin.

Seorang pemandu selam asal Flores, Yadin mengakui, kehadiran "dive center" asing banyak membuka lapangan pekerjaan bagi warga lokal. Salah satunya adalah pemandu selam.

"Saya dibayar per hari Rp 500 ribu, honor cukup besar memang tapi risiko pemandu selam sangat tinggi. Pekerjaan pemandu selam tidak tiap hari bekerja. Biasanya hanya akhir pekan dan hari libur," tambah dia.

Seorang "tour operator" lokal Valentino mengakui kehadiran "dive center" asing banyak membawa turis mancanegara dan juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat sebagai penyedia jasa kapal, pemandu selam, wisata kuliner dan kerajinan tangan. "Namun, 'dive center' asing juga mengambil fungsi sebagai 'tour operator', masyarakat setempat banyak menjalankan bisnis tour operator. Mereka menawarkan paket penyelaman sekaligus wisata melihat keindahan Pulau Padar dan Komodo yang menjadi mata pencaharian 'tour operator' lokal," katanya.

Operator selam asing dengan modal besar mampu mengoperasikan kapal "live on board" menawarkan paket menyelam dan juga wisata ke Pulau Padar dan Komodo. Seharusnya mereka cukup menawarkan paket penyelaman, sedangkan trip wisata ke Pulau Padar dan Komodo itu bagian operator lokal, kata Valentino.

Berdasarkan data dinas pariwisata Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), kedatangan wisatawan mancanegara meningkat pesat sejak tahun 2012. Tahun 2012, kedatangan turis asing hanya 26.631 orang, tahun 2013 naik 33 persen menjadi 35.473 orang, tahun 2014 naik 23 persen menjadi 43.681 orang, tahun 2015 naik empat persen menjadi 45.372 orang dan tahun 2016 naik 20 persen menjadi 54.335 orang.

"Para turis asing datang ke Labuan Bajo rata-rata minimal tinggal selama 5,4 hari," kata Theodorus Suardi.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement