Kamis 27 Apr 2017 13:19 WIB

Desa Wisata Atasi Kejenuhan Pariwisata di Bali

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Salah satu desa wisata di Bali (ilustrasi).
Foto: Antara
Salah satu desa wisata di Bali (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali membutuhkan inovasi untuk pengembangan industri pariwisata inklusif dan berkesinambungan. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Bali, Causa Iman Karana mengatakan salah satu inovasi yang dilakukan adalah pengembangan desa wisata lebih banyak.

"Industri pariwisata Bali menunjukkan indikasi kejenuhan, maka dirasa tepat menjadikan desa wisata berbasis budaya sebagai inovasi pengembangan pariwisata di Bali," kata Iman di Denpasar, Kamis (27/4).

Budaya merupakan daya tarik utama wisata di Bali. Pengembangan desa wisata sendiri bertumpu pada lembaga tradisional, khususnya desa adat. Dukungan dan partisipasi desa adat dalam upaya pengembangan desa wisata, kata Iman dapat menjadi sumber pertumbuhan baru perekonomian baru. Ini juga membangun kemandirian desa untuk mengembangkan wilayahnya. Bali memiliki lebih dari 1.488 desa adat.

Pertumbuhan ekonomi bidang pariwisata di Bali menghadapi beberapa tantangan. Sinergi kuat antara pelaku usaha dengan pemangku kepentingan, kata Iman belum terlalu kuat. Tantangan berikutnya adalah menurunnya tingkat pengeluaran wisatawan mancanegara (wisman) dari 143,92 dolar AS per hari per wisman pada 2015 menjadi 143,35 dolar AS per hari per wisman pada 2016. Kondisi tersebut, kata Iman mengindikasikan tendensi penurunan daya saing pariwisata di Bali.

Hasil survei beberapa pelaku usaha pariwisata mengonfirmasikan perkembangan destinasi wisata lain yang menjadi alternatif wisatawan. Fokus pengembangan pariwisata yang berlokasi di Bali Selatan telah memberi dampak pada masalah kemacetan dan sampah. Perkembangan pariwisata juga menghadapi tantangan karena semakin meningkatnya transaksi online booking.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement