REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Kementerian Pariwisata menyatakan daya saing industri pariwisata Indonesia berada di peringkat 30 atau lebih baik dibandingkan tren sebelumnya.
"Berdasarkan data TTC tentang daya saing, maka tren daya saing pariwisata kita mencapai peringkat 30, dan itu menandakan industri pariwisata kita semakin baik," kata Plt. Asisten Deputi Strategi Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata RI, Hariyanto
di Pontianak, Kamis (20/4).
Berbicara pada forum kelompok diskusi bertajuk "cross border" ia merincikan pada 2009 peringkat daya saing Indonesia ke-80, pada 2011 di posisi 74, pada 2013 berada di posisi 70, pada 2015 ke-50 dan pada 2017 berada di peringkat 30. "Kenaikan peringkat dan pengembangan pariwisata di Indonesia lantaran keberpihakan dan keseriusan pemeritah, antara lain dengan alokasi anggaran baik itu secara normatif maupun dukungan anggaran dari kementerian terkait," kata dia.
Dikatakannya pariwisata menjadi "core economy" Indonesia dan menjadi penghasil devisa terbesar Indonesia. "Tahun 2019 industri pariwisata diproyeksikan menjadi penghasil devisa terbesar di Indonesia yaitu 24 miliar dolar AS, melampui Migas, batu bara dan minyak kelapa sawit," kata Hariyanto.
Ia menambahkan ditargetkan juga pada 2019 periwisata Indonesia terbaik di kawasan regional bahkan Asean. Menurutnya pesaing utama pariwisata Indonesia adalah negara Thailand dengan devisa negaranya 40 miliar dollar As. "Kemudian masih banyak lagi hal-hal yang menjadi target dari pariwisata sebagai 'core economy' Indonesia," kata dia.