REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rempah-rempah bukan sekadar bumbu, tetapi punya peranan penting dalam segala dimensi bagi Nusantara. Menilik sejarah, berabad silam rempah menjadi komoditas berharga yang mengundang manusia dari berbagai bangsa datang ke wilayah Nusantara.
Jalur rempah itu menjadi gerbang pertukaran antarbudaya dan ilmu pengetahuan, juga menggerakkan perekonomian dunia. Sejarah dan seluk-beluk jalur rempah tersebut diulas tuntas dalam acara "Rempah dan Kita" di Konsorsium Kota Tua Jakarta, Kamis hingga Ahad (13/4-16/4).
"Sejarah membuktikan bahwa Nusantara pernah menjadi salah satu penggerak globalisasi yang memegang peranan penting dalam ekonomi dunia. Selain secara geografis amat strategis, Nusantara juga merupakan sumber komoditas yang paling berharga dan dicari: rempah-rempah," ungkap Kumoratih Kushardjanto, Pengarah Program dari Jaringan Masyarakat Negeri Rempah selaku penyelenggara acara.
Perempuan yang biasa disapa Ratih itu menyebutkan, daya tarik cengkeh, pala, dan bunga pala menjadi dorongan utama perkembangan perdagangan internasional di Asia Tenggara. Pohon cengkeh adalah tanaman asli Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Bacan, sedangkan pala dan fuli didapat dari pohon pala, endemik Pulau Banda.
Ia mengutip informasi dari Plant Resources of South East Asia bahwa terdapat 400 sampai 500 spesies tanaman pada skala dunia yang digunakan sebagai rempah-rempah. Di Asia Tenggara, jumlahnya mendekati 275 spesies yang sebagian besar jenisnya berada di Indonesia.
Rangkaian kegiatan selama empat hari itu terdiri dari sesi diskusi dan pameran tanaman rempah yang penuh informasi menarik tentang jalur rempah. Jaringan Masyarakat Negeri Rempah menggandeng para cendekiawan seperti pakar sejarah, antropolog, pakar kuliner, pegiat kuliner, komunitas, serta banyak pihak lain untuk menelusuri jejak rempah di Indonesia.
"Acara ini kami maksudkan sebagai sarana pembelajaran bagi masyarakat mengenai posisi penting rempah-rempah di Indonesia, penjembatan antara komunitas ilmiah dan publik, yang akan kami lanjutkan secara berkala," tutur Ratih.