REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sudah menjadi hal yang biasa bagi kebanyakan orangtua di Jakarta melepas anaknya berangkat sekolah dengan diantar ojek daring. Keberadaan ojek daring memang mempermudah pekerjaan seseorang yang memiliki aktivitas padat.
Meski demikian, orangtua tetap perlu waspada karena risiko atau potensi bahaya bisa terjadi dimana saja tidak terkecuali ketika menggunakan ojek daring untuk anak. Psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, menekankan kepada orangtua untuk memperhatikan beberapa hal berikut ini agar anak aman menggunakan ojek daring.
Pertama, orangtua harus memastikan bahwa anak sudah tahu bagaimana membawa diri saat menggunakan ojek. Seperti, memgetahui apa yang harus dilakukan saat hujan atau motor mogok.
"Anak yang sudah dilepas untuk naik ojek lebih baik berumur 12 tahun ke atas," ujar Vera.
Orangtua sebaiknya memberikan penjelasan secara rinci dan contohkan secara langsung terlebuh dahulu jika anak baru pertama kali menggunakan ojek. Bila perlu, untuk penggunaan perdana, orangtua bisa mendampingi, misalnya dengan memesan dua ojek sehingga bisa mencobanya bersama-sama.
Orangtua dan anak juga perlu mendiskusikan apa saja kemungkinan yang terjadi saat menggunakan ojek seperti mogok lalu ajarkan anak apa yang harus dilakukannya.
Untuk menghindari risiko penculikan, orangtua harus jeli memilih provider yang terbukti dapat dipercaya. Jika perlu, pesan ojek lewat aplikasi orangtua sehingga orangtua dapat memantau perjalanan anak. Memilih provider yang bereputasi baik serta memiliki kelengkapan keselamatan yang lengkap juga dapat meminimalisir risiko kecelakaan.
Sebelum menitipkan anak ke pengemudi ojek, orangtua wajib memperhatikan identitas pengemudi dan kendaraan dengan yang dipesan. Jika tidak cocok, lebih baik pesanan dibatalkan dan pesan pengemudi baru.
"Tekankan pada anak untuk selalu beri kabar jika sudah sampai di tujuan," tutup Vera.