REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Cepat dan praktis menjadi alasan sebagian besar orangtua menggunakan jasa ojek daring untuk mengantarkan anak-anaknya ke sekolah. Tidak terkecuali bagi Evi Yeni, seorang wanita karier yang anaknya saat ini tengah duduk di bangku kelas VII atau kelas satu SMP.
Selain meyiapkan sarapan, aktivitas Evi setiap pagi juga harus buru-buru memesan ojek daring untuk mengantar anaknya ke sekolah. “Saya nggak bisa antar sendiri karena jam masuknya mepet. Lagipula rute kantor saya dan sekolah anak berlawanan,” kata Evi.
Meski cukup bergantung pada jasa ojek daring, Evi mengaku tidak mengabaikan keselamatan anaknya. Sebisa mungkin ia mengantarkan anaknya menemui penarik ojek hingga memastikan pelindung kepala atau helm yang dikenakan terpasang dengan baik.
Selain itu, Evi juga membekali anaknya dengan kartu keterangan diri yang meliputi nama anak, orangtua, alamat rumah serta nomor yang bisa dihubungi. Bahkan, untuk mengantisipasi adanya penculikan, ia selalu memotret wajah penarik ojek agar dapat dilaporkan jika terjadi penculikan.
“Seringkali foto driver tidak muncul saat pemesanan,jadi untuk antisipasi saya foto dulu drivernya,” kata Evi.
Tidak hanya itu, Evi juga harus memastikan nomor kendaraan sopir yang mengantar anaknya sama dengan yang ada saat pemesanan. Jika berbeda, tanpa ragu Evi langsung membatalkan pemesanannya.