REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia masuk dalam 50 besar terkait daya saing pariwisata berdasarkan World Economic Forum, The Travel and Tourism Competitiveness Indeks. Meski demikian, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah untuk terus memajukan sektor pariwisata.
Pengamat Pariwisata Universitas Pancasila, Fahrurozy Darmawan mengatakan, masih ada catatan bagi pemerintah untuk meningkatkan daya saing pariwisata. Misalnya saja, bidang kesehatan dan kebersihan, SDM, infrastruktur teknologi informasi komunikasi, keberlanjutan lingkungan dan infrastruktur pelayanan pariwisata. "Sektor ini masih dinilai sangat rendah oleh World Economic Forum," kata Fahrurozy Darmawan, Selasa (11/4).
Fahrurozy menilai, penting bagi pemerintah untuk mengatasi persoalan keberlanjutan lingkungan yang masih rendah dari laporan tersebut. Dia mengatakan, salah satu daya tarik terbesar Indonesia adalah alam, hal ini terlihat dari nilai daya saingnya yang cukup besar. "Jadi jangan sampai modal ini berkurang daya saingnya ataupun sampai rusak dan pemerintah harus segera berbenah untuk meningkatkannya," katanya.
Sebelumnya, berdasarkan World Economic Forum, Indonesia duduk di peringkat 42. Posisi tersebut masih dibawah Singapura (13), Malaysia (26) dan Thailand (34).
Fahrurozy mengatakan, salah satu faktor kemajuan daya saing pariwisata Indonesia disumbang oleh peningkatan anggaran kementerian Pariwisata yang besar dari tahun ke tahun. Hal ini, lanjutnya, disusul dengan pembangunan infrastruktur yang massif.
Dia melanjutkan, sumber daya alam, harga yang kompetitif, prioritas pemerintah di sektor pariwisata, dan kebijakan visa yang mempermudah wisatawan asing untuk masuk ke Indonesia juga menjadi poin kuat dalam kemajuan pariwisata. "Momen peningkatan indeks daya saing pariwisata global ini harus menjadi bahan evaluasi bagi kita semua untuk terus berbenah demi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat," tutupnya.