REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia belajar mengenai sinergi beberapa sektor atau 'incorporated' ke badan PBB yang menangani pariwisata atau UNWTO. Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan pembangunan destinasi wisata merupakan soal membangun soliditas. Dia menggambarkan rumusnya sebagai 3A. Atraksi, Akses, Amenitas. Ketiganya harus bersinergi dan terintegrasi atau incorporated.
"Ketiga-tiganya harus kompak, ketiganya harus solid, speed dan smart. Ketiganya harus incorporated, punya arah dan tujuan yang sama, memajukan pariwisata," ujar Arief Yahya dalam rakornas Kemenpar yang di gelar di Hotel Borobudur, Jakarta, 30-31 Maret 2017.
Dalam hal Akses, Arief Yahya meyakini hasil kajian UNWTO, United Nation World Tourism Organization yang berpusat di Madrid, Spanyol itu bisa jadi bahan referensi. UNWTO mengulas mengenai konektivitas udara. Bahwa 'jembatan udara' itu berdampak signifikan dalam pariwsata di negara kepulauan seperti Indonesia. "Judulnya air connectivity and its impact on tourism. Ini bukan kajian baru, tetapi sudah dilaunching UNWTO sejak 2014," jelas Arief Yahya.
Untuk menuju arah itu, kata Arief, yang pertama dilakukan yakni harus ada deregulasi yang mendasar dalam penerbangan nasional. Permudah izin slot, dibuka lebih banyak bandara, yang ada destinasi level dunia dibuat international airport, lengkapi seluruh fasilitas yang terkait dengan syarat menjadi bandara internasional, dan jangan dipersulit.
"Tiga poin yang harus disentuh. Air Service Agreement, Airport Development, Multiple Brand Strategy for Legacy Carriers," kata Arief yang mencuplik dari kajian panjang UNWTO.
Dia mencontohkan kerjasama bilateral dalam jasa penerbangan udara, yang signifikan mendongkrak angka kunjungan wisatawan. Jepang dan USA tahun 1998, langsung menaikkan inbound tourism hingga 33 persen, dan menambah kapasitas angkut 10 persen. Lalu Korea Selatan dan Amerika Serikat juga sama, menaikkan 26,2 persen tourism, dan menambah kapasitas angkut hingga 26 persen.
India dan Amerika Serikat tahun 2005 sejak ada agreement, juga langsung mendongkrak jumlah wisman hingga 25,9 persen dan menambah daya tampung pengangkutan udara sampai 26 persen. Australia-AS tahun 1995 juga menaikkan wisman sampai 16 persen, dengan kapasitas angkut 15 persen. "Singapura, Thailand, Malaysia juga sudah menggunakan pola ini," kata Arief Yahya.
Kedua, pembangunan airport, perluasan terminal, perpanjangan runway, di Jepang, langsung menaikkan jumlah kunjungan turis hingga 50-60 persen dalam 2 tahun, pasca pembangunan. Jepang, Malaysia, Thailand, Singapore, Korea ceritanya sama. Pembangunan runway Narita International Airport di Tokyo tahun 2012-2013.
"Dari 8 juta wisatawan, naik 13 juta (2014) dan sekarang sudah 20 juta," kata Arief.
Arief Yahya Contoh Cara Jepang Gandakan Kunjungan Wisata
Senada ceritanya dengan Kuala Lumpur International Airport-2 tahun 2014, terminal penumpang-2 utama Incheon Seoul Korea juga tahun 2011, Changi Int Airport Singapore 2008, Pembangunan runway Suvarnabhumi Bangkok dan reopening Don Mueang 2009 di Thailand, juga berdampak.
Ketiga, multiple brand strategy, yang dia contohkan Singapore Airlines. SQ istilah populer maskapai penerbangan dari Singapura itu punya airlines yang kelas menengah dan LCC - Low Cost Carrier, yakni Silk Air, Tiger dan Scoot. SQ sendiri bermain di full service, jarak jauh atau long haul, Silk Air jarak menengah dan full service. "Mereka punya Tiger Air yang nerrow body dan Scoot Air yang wide body, dua-duanya LCC," ungkap Arief Yahya.
Jepang punya All Nippon Airway (full service), Air Japan (chartered airlines), ANA Wings (domestik), Air Do (LCC Domestik), Vanilla Air (LCC International). Thailand juga punya Thai Airlines, untuk yang full service dan Thai Air serta Nok Air yang sama-sama LCC.
"Indonesia Incorporated itu tidak bisa tidak! Kabupaten-Kabupaten di Danau Toba itu tidak mungkin bksa jalan sendiri-sendiri. Harus sinergi, berkolaborasi, maju bersama, incorporated," ucap Menkomar Luhut Binsar Pandjaitan di Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kemenpar.
Luhut juga langsung menunjuk dan memberi contoh Borobudur, Jawa Tengah. Tidak bisa berdiri sendiri. Harus terintegrasi dengan sempurna, antar daerah yang memiliki destinasi. Itu akan saling menguatkan, saling menaikkan value, dalam bingkai "Indonesia Incorporated."