Sabtu 01 Apr 2017 11:19 WIB

Jurus Arief Yahya Kelola Sektor Pariwisata

Sebuah mobil melintas dekat 'landmark' Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Rabu (15/2).
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Sebuah mobil melintas dekat 'landmark' Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Rabu (15/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata Arief Yahya menggarisbawahi harmoni dan sinergi dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Triwulan I tahun 2017. "Harmoni dan Sinergi bukanlah pilihan, tapi keharusan. Karena setiap industri merupakan satu kesatuan ekosistem, tidak satupun bisa berdiri sendiri, paling tidak, tak akan pernah hebat kalau berdiri sendiri," kata Menpar Arief Yahya, di arena Rakornas di Hotel Borobudur, Jakarta, 30-31 Maret 2017.

Itulah alasan filosofis yang mendasari Menpar Arief untuk membangun pariwisata secara bergotong royong, berbagi peran, maju bersama dalam kebersamaan. Dia mengibaratkan bermain simponi orkestra, akan menghasilkan nada yang indah, ketika dimainkan bersama-saman dalam satu kesatuan.

Kapan cielo dimainkan, kapan violin digesek dan piano bermain, flute, clarinet, oboe, bassoon dan alat alat musik tiup dibunyikan, perkusi yang ditabuh, semua diatur di balik kertas partitur. Komposer yang hebat, mampu membuat menciptakan karya yang abadi, seperti musik-musik gubahan Beethoven, Mozart, Sebastian Bach, Franz Schubert, Chopin, Giussepe Verdi, dan lainnya. Industri pariwisata juga begitu.

Arahan Menko Luhut dalam Rakornas Kementrian Pariwisata

Ada yang di sektor amenitas, seperti hotel, resort, restoran, kafe, spa, dan lainnya. Industri yang bergerak di akses, seperti airlines, penyewaan bus, bus pariwisata, kapal penyeberangan, cruise dan lainnya. Lalu industri yang bergerak di atraksi, seperti theme park, dan lainnya. Jika diorkestrasi dengan baik, mereka akan berkembang lebih cepat, lebih terintegrasi.

"Inilah Indonesia Incorporated. Bila harmoni dan sinergi digabungkan, maka hasilnya akan sangat luar biasa. Kebersamaan personal atauharmoni, bisa lebih dahsyat daripada kebersamaan professional atau sinergi. Karena, kebersamaan personal adalah kebersamaan orang (heart), tentang semangat, tentang spirit, tentang rasa dan ruh," kata Menteri Arief Yahya.

Sedangkan kebersamaan profesional, menurut Arief, diikat oleh pekerjaan (head), tentang logika, tentang strategi, tentang raga dan rasio. "Jadi musuh kita, bukan kita, tapi mereka," sebut Arief yang mengaku harus meng-create "musuh" dari sebagai sparing partner, penyamangat, agar tidak terjebak dalam konflik diantara sendiri.

Menurut pria asal Banyuwangi ini, pihaknya harus menciptakan common enemy, semacam sparring partner. "Tujuannya, agar kita menjadi solid! Kompak di dalam, untuk mengalahkan rival secara bersama-sama," ujar dia.

"Untuk pariwisata, emotional competitor kita adalah Malaysia, sedangkan professional competitor kita adalah Thailand. Dan kita akan kalahkan mereka, satu-satu!" ucap Menpar meyakinkan.

Lalu apa strateginya? "Saya dapat ilmu dari The Kellogg School of Management (The Kellogg School). Sources of Synergy, ada 3S & 3B. Pertama, Scale (Get Bigger). Kedua, Scope (Get Broader). Dan ketiga Skill (Get Better). Even, much faster, easier and cheaper," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement