REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK UTARA -- Pulau Lombok kini mempunyai taman konservasi satwa pertama bernama Lombok Elephant Park. Terletak di Dusun Sanggar Sari, Desa Sigar Penjalin, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), taman konservasi satwa ini sudah dibuka meski masih dalam tahap soft opening sejak 1 Maret lalu.
Republika.co.id berkesempatan menjelajah taman konservasi satwa yang memiliki luas sekitar 3,5 hektare belum lama ini. Akses jalan menuju lokasi Lombok Elephant Park tidak terlalu sulit. Berjarak sekitar 32 kilometer (km) dari Kota Mataram atau sekitar 1 jam perjalanan, Lombok Elephant Park yang berada di Lombok Utara jelas memiliki lokasi strategis.
Pasalnya, Lombok Utara dikenal sebagai salah satu tujuan favorit wisatawan lantaran adanya tiga Gili yakni Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno. Dari Pelabuhan Bangsal yang merupakan akses utama penyeberangan ke tiga Gili tersebut, letak Lombok Elephant Park hanya berjarak 8 Km atau sekitar 18 menit perjalanan.
Letak Lombok Elephant Park yang sedikit berada di dataran tinggi dengan panorama bukit-bukit yang mengelili menambah daya tarik bagi para pengunjung yang datang. Mengingat masih terbatasnya sarana transportasi publik, para pengunjung disarankan menggunakan kendaraan pribadi atau menyewa kendaraan kala menuju ke lokasi ini.
Adalah Ketut Suadika, Presiden Direktur Lombok Elephant Park yang mencetuskan inovasi pembangunan taman konservasi satwa. Pria asal Bali yang pernah bekerja di Bali Bird Park ini memiliki kecintaan luar biasa akan keberadaan satwa dan bermimpi memiliki taman konservasi satwa.
Ketut yang sudah bermukim selama 22 tahun di Lombok mengutarakan awal mula pembangunan taman konservasi yang menelan biaya sekitar Rp 30 miliar tersebut dan memakan waktu hingga tiga tahun lamanya.
Nama Lombok Elephant Park, dia pilih, agar lebih fokus dalam menjaga keberlangsungan satwa. Dengan modal yang ia tabung selama ini, akan sangat berisiko jika menggunakan nama 'Kebun Binatang' atau 'Taman Safari' yang tentunya memiliki jumlah satwa yang lebih banyak.
"Banyak-banyak buat apa kalau tidak bisa merawatnya, justru kasihan satwanya. Saya mulai dari sederhana dengan beberapa aneka satwa dan prioritaskan gajah," ujar Ketut.