REPUBLIKA.CO.ID, Ketua umum Ikatan Manajer Artis Indonesia (Imarindo) yang juga manajer artis, Nanda Persada, mengatakan adanya beban target yang membuat profesi manajer artis sangat berat.
"Biasanya artis punya ekspektasi, berharap karir berkembang, pendapatan tinggi, banyak pekerjaan," kata dia, Rabu (22/3).
Menurut manajer Ayu Dewi, Nycta Gina dan Feni Rose itu seorang manajer artis harus memiliki chemistry dengan artisnya. Pasalnya mereka berkomunikasi hampir setiap hari yang berpotensi menimbulkan perbedaan pendapat dan persepsi.
"Seperti orang pacaran. Perlu kecocokan karakter," ujar Nanda.
Selain pekerjaan, pengembangan karir si artis juga menjadi hal yang dapat memicu konflik. Terlebih, artis sering kali membebankan ekspektasi tersebut kepada si manajer. Sedangkan, menurut Nanda, industri hiburan selalu bergerak dinamis.
"Contohnya, maping industri musik di slot tv selalu berkurang, impact-nya enggak banyak show di tv," kata dia.
Sementara, industri non-musik, seperti host presenter tv side-back, yang menyebabkan slot lebih sinetron lebih banyak di tv. Hal ini berimbas pada host dan presenter. Demikian pula dengan industri hiburan yang telah bergerak ke arah digital yang membuat off air semakin kompetitif.
"Hal ini memicu stress, artis juga stress," kata Nanda.
Untuk mengatasi hal tersebut, Nanda selalu membiasakan berdiskusi dengan para artis termasuk soal rating televisi dan lain-lain.
"Rating tv lagi sekian, mereka lagi cenderung ke sinetron. Artis supaya mengerti juga maping industri, jangan hanya nuntut, tapi berdiskusinya dengan pendekatan sesuai karakternya," ujar Nanda.
Terkait kasus bunuh diri yang dilakukan manajer JKT48, Nanda menduga hal itu disebabkan karena beban pekerjaan.
"Setahu saya itu perusahaan, ada policy-nya, biasanya ada target tertentu," ujar dia.