REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Indonesia Ahmad Yani Basuki menegaskan film Beauty and the Beast yang baru rilis hari ini, Jumat (17/3) di bioskop sudah melalui penyensoran yang ketat. Yani pun mengatakan, film tersebut layak ditonton.
Itu disampaikan Yani menanggapi indikasi adanya adegan gay dalam fillm tersebut. Namun Yani mengakui ada beberapa adegan yang seperti perilaku gay. Kendati demikian, hal tersebut hanya pelengkap dari sebuah cerita.
“Lembaga sensor telah menyensor film sebagaimana ketentuan. Film itu tidak bertema gay, adegan tidak menunjukkan betul-betul ada,” ujar Yani kepada Republika.co.id, Jumat (17/3).
Yani mengatakan dalam adegan tersebut, tokoh bernama LeFou menaruh hati kepada Gaston yang sesama lelaki. Namun, menurutnya mereka tetap menyukai perempuan. Yani menambahkan, di antara kedua tokoh tersebut juga tidak ada adegan perasaan kehilangan yang sangat dalam.
Dia mengatakan adegan dalam film tersebut murni untuk sebuah cerita. Adegan yang disebut sebagai gay dalam film tersebut tidak menggambarkan film bertema gay.
“Sebetulnya tidak mencolok, tidak mengarah, selintas tidak menjadi tema,” kata Yani.
Meski tidak menampilkan adegan vulgar antara dua pria, ada indikasi Beauty and the Beast mengandung adegan yang menampilkan interaksi dua pria yang tidak sewajarnya. Misalnya pada banyak adegan berdua, cara salah satu tokoh memandang tokoh lainnya sangat menyiratkan perasaan suka. Saat berkuda, mengobrol, berkelakar bahkan ketika bernyanyi sambil menari ada tatapan memuja.
Selain itu ada juga beberapa dialog yang terlalu menjurus. Contohnya lewat pujian atau ketidaksukaan ketika ada gadis-gadis desa yang menggemari pujaan hatinya.