Rabu 08 Mar 2017 08:00 WIB

Mengenal Budaya Keraton Lewat Kratonjogja.id

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Indira Rezkisari
Raja Yogyakarta, Sri Sultan HB X (kiri) saat memberikan Sabda Tama di dampingi permaisuri, GKR Hemas (tengah) dan Paku Alam IX (kanan) di Keraton Yogyakarta.
Foto: Antara/Regina Safri
Raja Yogyakarta, Sri Sultan HB X (kiri) saat memberikan Sabda Tama di dampingi permaisuri, GKR Hemas (tengah) dan Paku Alam IX (kanan) di Keraton Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Raja Keraton Yogyakarta dan juga Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meluncurkan situs resmi Keraton Yogyakarta kratonjogja.id, di Bangsal Srimanganti Keraton Yogyakarta, Selasa malam (7/3).

Ia mengatakan adanya perubahan teknologi informasi secara besar-besaran harus diantisipasi keraton Yogyakarta. Untuk itu di Keraton Yogyakarta dilakukan penataan organisasi diantaranya  keberadaan Tepas Tandha Yekti.

Situs kratonjogja.id ini dikelola oleh Tepas Tandha Yekti. ‘’Dengan adanya situs tersebut  maka keraton Yogyakarta  harus siap mempertahankan peradaban keraton Yogyakarta di tengah gelombang informasi yang besar. Selain itu situs ini dimaksudkan untuk membuka akses bagi masyarakat untuk mendapatkan dan memperoleh informasi serta pelayanan.

‘’Saya harap situs ini dapat menjadi media  literasi manuskrip budaya Jawa kuno ke latin untuk ditranskrip  ke dalam bahasa Indonesia beserta pemaknaannya," ungkap Sultan. Ia menambahkan, kehadiran situs resmi kratonjogja.id bisa menjaga agar nantinya generasi muda tidak tercerabut dari akar budayanya sendiri.

Sementara itu Penghageng Tepas Tandha Yekti Keraton Yogyakarta GK Hayu mengatakan, Tepas Tandha Yekti mencoba hadir di media sosial sejak 2015. Namun baru 2017 ini situs resmi Keraton Yogyakarta diluncurkan.

‘’Situs itu diharapkan dapat melengkapi saluran informasi yang akurat sekaligus menjadi museum virtual tentang kekayaan budaya Jawa di Keraton Yogyakarta,’’ tuturnya.

Menurutnya, peluncuran situs itu berawal dari dari pendokumentasian pernikahannya pada 2013 silam.

Selama ini, katanya menambahkan,  belum pernah ada khusus juru dokumentasi dan informasi di Keraton atau Tepas Tandha Yekti. Untuk menghasilkan data yang benar-benar valid sebelum diunggah ke web tersebut harus melalui banyak proses verifikasi.

Bahkan editornya melibatkan sejumlah kanjeng dan juga profesor ahli. Hayu mengungkapkan proses itu dilakukan pada semua artikel. Oleh karena itu tidak semua pertanyaan masyarakat bisa dengan segera dijawab atau ditindaklanjuti dengan artikel karena harus melalui riset, tuturnya.

Konten website tersebut dibagi dalam tiga bagian. Bagian pertama, bagian paling atas dari web yang terletak di bawah panel menu, berisi beranda yang merupakan tampilan visual terbaru dari artikel yang baru saja diunggah serta peristiwa berisi informasi liputan terbaru kegiatan dalam keraton, seperti liputan singkat tentang pelaksanaan hajad dalem atau kunjungan tamu negara.

Bagian kedua berisi artikel dalam jangka waktu yang tidak terlalu cepat. Seperti Tata Rakiting Wewangunan atau tata ruang dan bangunan yang berisi konsep, jenis bangunan, motif, dekorasi, vegetasi hingga filosofi dari tata ruang dan bangunan Keraton Yogyakarta. Kemudian Hajad Dalem atau upacar adat, berisi ulasan perayaan atau selamatan yang diselenggarakan Sultan. Bagian ini menampilkan informasi tentang perayaan agama Islam, peringatan kenaikan tahta. Serta Kagungan Dalem atau warisan budaya, bagian ini menjelaskan tentang warisan budaya Keraton, baik berupa benda maupun non benda.

Bagian ketiga web ini memuat tentang materi yang pakem dan tidak banyak berubah seperti berdirinya Keraton, profil raja-raja yang pernah dan sedang bertahta dan tata pemerintahan di dalam Keraton seperti abdi dalem dan prajurit Keraton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement