REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Desa wisata Lembah Kalipancur, Manyaran, Kota Semarang, menjadi destinasi wisata pilihan bagi para pelancong untuk berburu gambar yang menarik.
Afri pengurus Desa Wisata Lembah Kalipancur mengatakan bahwa wisata tersebut sudah ada sejak 10 tahun silam dan hingga sekarang masih cukup diminati oleh para pelancong.
"Keunggulan dari tempat wisata ini yaitu jauh dari kebisingan dan hiruk-pikuk perkotaan serta masih hijau, jadi cocok untuk pelancong yang ingin melepaskan stres di sini," katanya, Senin (20/2).
Desa wisata Lembah Kalipancur seluas 11 hektare itu terletak di Jalan Candi Penataran Raya, Kelurahan Manyaran, Ngaliyan, Semarang. Objek wisata yang ditawarkan di antaranya kebun binatang mini, "Japanese Village", kolam renang keluarga, dan bangkai pesawat yang jadi primadona para pengunjung untuk berfoto.
"Persentase pengunjung sendiri terbilang stabil, untuk hari-hari biasa sekitar 30 pengunjung, sedangkan untuk akhir pekan mencapai 100-150 pengunjung," kata Rohim penjaga loket masuk.
Pengunjung hanya dikenakan tarif masuk Rp3.000/orang serta biaya penitipan kendaraan Rp2.000 untuk sepeda motor dan Rp5.000 untuk mobil.
Dia mengatakan sebenarnya banyak yang belum mengetahui objek wisata tersebut sehingga hanya wisata tambahan, sedangkan objek utama di tempat tersebut adalah resto milik Nugroho, seorang dokter hewan.
Awalnya, Nugroho mendatangkan bangkai pesawat dari Bandara Internasional Halim Perdanakusuma, Jakarta, untuk dijadikan sebagai restoran.
"Namun pada akhirnya pandangan lain datang dari anaknya agar pesawat ini dijadikan wisata yang dapat mengedukasi masyarakat," katanya.
Hingga kini, katanya, bangkai pesawat tersebut masih dibiarkan sebagai objek wisata namun dari pengelola rencananya dibuat resto aeroplane sesuai dengan keinginan pemilik jasa wisata.