REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pengembangan pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta harus sudah mulai mengarah kepada pariwisata yang ramah lingkungan untuk menjaga ekosistem sumber daya alam setempat. Pemikiran ini mengemuka dalam seminar "Meningkatkan Kesadaran dan Praktek Pariwisata Ramah Lingkungan di Yogyakarta" yang diselenggarakan "Indonesia Wise" di Universitas Sanata Dharna, Kamis (16/2).
Senior Strategic Advisor Indonesia Wisw Amol Titus mengatakan bagi Indonesia pariwisata merupakan industri prioritas. Tagline "Wonderful Indonesia" mengacu pada rangkaian luar biasa dari geografis dan sejarah budaya yang dimiliki bangsa.
"Peningkatan pada pariwisata berkaitan dengan infrastruktur, aksesibiltas yang mudah, branding dan promosi, jumlah wisatawan internasional maupun domestik akan meningkat. Tujuan wisata seperti Yogyakarta mendapat manfaat dari tenarnya daerah ini menjadi tujuan wisata yang terkenal hingga menarik 3,5 juta wisatawan pada 2016," katanya.
Ia mengatakan, pariwisata memegang potensi untuk mempekerjakan sejumlah besar penduduk berusia muda di Indonesia serta juga meningkatkan standar hidup dari penduduk lokal. Lebih penting lagi, pariwisata membantu menampilkan warisan budaya bangsa serta keragamannya kepada penduduk dan para tamu.
"Akan tetapi, pembangunan pariwisata harus direncanakan dengan sangat baik, seimbang dan berorientasi jangka panjang. Hal ini juga harus mengedepankan tindakan untuk tidak merusak lingkungan fisik begitu juga pemangku kepentingan terkait harus memperlihatkan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan,
budaya lokal dan tradisi," katanya.
Amol mengatakan, pariwisata ramah lingkungan atau "Eco Tourism" penting sekali bagi seluruh pemangku kepentingan untuk memahami maknanya, relefansinya dengan konteks spesifik serta berbagi praktik terbaik yang telah dilaksanakan.
"Kami memberikan fokus untuk membantu meningkatkan kesadaran 'eco tourism' dan praktiknya di tujuan wisata utama di Indonesia, dimulai dari Yogyakarta," katanya.
Ia mengatakan, ada empat dimensi dalam pengembangan pariwisata yakni, lingkungan, budaya, sosial, dan perekonomian.
"Kami kumpulkan kebijakan mereka tentang lingkungan, budaya dan produk lokal seperti bambu, juga batik lokal," katanya.
Sumber daya alam, seperti air bukan sesuatu yang tidak ada habisnya, maka keberlangsungan sumber daya tersebut juga sangat penting dalam pengembangan pariwisata. "Selain itu juga dalam pengelolaan sampah yang sering menjadi dampak dari berkembangnya destinasi pariwisata. Untuk itu perlu adanya pendidikan bagi para pelaku di bidang pariwisata untuk mulai mengarhakan kepada wisata ramah lingkungan," katanya.