REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kemajuan teknologi yang kian pesat telah membuat sebagian besar orang menjadi sangat bergantung dengan gawai. Parahnya, jika tidak terkontrol dengan baik kecanduan pada gawai juga dapat menimpa anak-anak. Sebab, tidak sedikit orang tua yang memperkenalkan gawai pada anak sejak usia dini.
“Gawai dapat mengurangi interaksi antara orang tua dan anak,” kata psikolog anak Annelia Sari Sani dalam acara konferensi pers HiLo School Drawing Competition di Wyl's Kitchen, Jakarta, Kamis.
Padahal, menurut wanita yang akrab disapa Anne ini, dari berinteraksi anak-anak dapat mempelajari bahasa, emosi dan keterampilan meregulasi emosi. Anak-anak yang terus terpapar dengan gawai dikhawatirkan mengalami diskoneksi dari orang lain sehingga berdampak pada kemampuan bersosialisasi yang buruk. Mereka menjadi tidak peduli dengan perasaan orang lain.
Selain itu, dampak lainnya yang dialami jika anak terlalu banyak bersentuhan dengan gawai adalah sirkuit otak yang digunakan untuk membaca, menulis dan konsentrasi menjadi tidak aktif dan tidak terstimulasi.
Tidak hanya gawai yang sifatnya smartphone, gawai zaman dulu seperti televisi pun dapat memberikan dampak yang lebih buruk kepada anak jika tanpa pengawasan dari orang tua. Menonton televisi berjam-jam bisa membuat menjadi pasif.
Kendati demikian, Anne mejelaskan, memperkenalkan gawai pada anak tetap perlu dilakukan namun agar anak dapat mengikuti perkembangan teknologi. “Jangan sampai anak buta gawai namun harus ada batasan dan kontrol dari orang tua,” kata Anne.