REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Museum Seni Islam Mesir adalah rumah bagi sejumlah koleksi artefak Islam yang paling berharga. Museum ini akhirnya kembali membuka pintunya bagi publik setelah menjadi korban pengeboman mobil tiga tahun lalu.
Januari tiga tahun lalu museum yang dibuka pada 1903 itu terpaksa ditutup akibat serangan bom yang terjadi pada kantor polisi Kairo di seberang museum. Fasad museum dan sejumlah koleksinya rusak karena bom.
Upaya restorasi dilakukan selama dua tahun dengan dana dari Uni Emirat Arab dan Unesco. Termasuk sumbangan dari Swiss, Amerika Serikat, dan Italia.
Makam Islam dipamerkan di museum/EPA
Para ahli restorasi berhasil memulihkan 19 dari 179 benda rusak dan lebih dari 4.400 barang dipamerkan. Termasuk 400 diantaranya akan dipamerkan untuk pertama kali, demikian tutur Kementerian Benda Pusaka Mesir.
"Saya takjub. Saya belum pernah ke Louvre, tapi rasanya seperti saya di tempat yang lebih indah," kata Hussein Ismail, pengunjung yang sedang melihat koleksi di wadah kaca.
Museum Seni Islam Mesir memiliki artefak berusia lebih dari 1.300 tahun dari Mesir dan negara lain. "Ini adalah yang terbesar dari semua, memiliki 100 ribu koleksi," ujar Menteri Khaled El-Enany, saat pembukaan museum pekan lalu. Pembukaan museum juga dinilai sebagai bentuk perlawanan terhadap aksi terorisme
Sejauh ini Mesir sudah bergulat dengan gerakan ISIS sejak upaya penggulingan Abdel Fattah al-Sisi di 2013 dari Mohamed Mursi. Lokasi museum yang di Kairo diharapkan bisa membangkitkan pariwisata Mesir. Sejak 2011, pariwisata Mesir memang terpukul akibat ketidakstabilan politik, dikutip dari Reuters.