REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika anak hendak disunat, biasanya orang tua terutama sang ibu jadi panik. Apalagi ketika anak mulai ketakutan, orang tua akan bertambah panik.
Hal ini tidak mengherankan dan ini terjadi di tempat-tempat sunat. “Kesalahan orang tua adalah orang tua terlalu protektif terhadap anak, anak kesenggol apapun tidak mau, ini membuat anak lemah, kalau sayang anak, bukan memanjakan anak, sayang anak itu harusnya membuat anak lebih percaya diri, mampu melakukan sesuatu, misalnya sayang anak semua perlengkapan dipenuhi semua, sehingga dia tidak tahu beban hidup kaya apa. Sementara orang tuanya kan enggak selamanya hidup. Anak-anak harus dipersiapkan pada hal-hal yang sulit, menyakitkan dari awal,” ujar psikolog pendidikan, Bambang Sunaryo, dalam acara Rumah Sunat beberapa waktu lalu di Sentul.
Ketika anak disunat, orang tua tidak boleh ikut panik. Sebab kondisi itu akan membuat anak menjadi panik akhirnya kehilangan keberaniannya.
Orang tua harus memberanikan diri, sebab anak yang disunat paling baik didampingi orang tuanya. Bukan justru ditinggal karena panik.
Pendampingan anak sunat ini lebih baik dilakukan untuk memberikan dukungan. Namun, sayangnya masalah takut tidak bisa dipaksakan. Tapi intinya orang tua jangan panik. Sebenarnya orang dewasa bisa menyimpan kepanikan, kegembiraan dan ketakutan.
“Manfaat pendapingan saat anak sunat sangat penting, anak merasa didukung, sebab anak bagaimanapun, apalagi kalau anak di rumah terlalu dilindungi, dia menjadi terlalu dekat dengan orang tua, terlalu tergantung dengan orang tua, terlalu dekat itu bagus, terlalu tergantung itu jelek,” jelasnya.
Bambang menegaskan mengajak anak sunat juga berarti orang tua harus sudah menyiapkan dirinya. Orang tua harus siap, dalam arti tidak takut dan bisa mendampingi anak selama proses.