REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wali Kota Bogor Bima Arya menyebutkan, kehadiran bus Uncal atau Unforgettable City tour at Lovable city
diharapkan menjadi salah satu sarana mengurangi kemacetan. Menurutnya, tak kurang dari 300 ribu warga DKI Jakarta saja yang memasuki Kota Bogor setiap akhir pekan.
Bima berharap nantinya, wisatawan dari terminal maupun stasiun tidak menggunakan kendaraan pribadi saat menjelajahi Kota Bogor, tetapi merasakan Uncal.
Bram Idrus, pemandu wisata dari Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kota Bogor menjelaskan satu per satu gedung-gedung peninggalan sejarah dalam rute yang dilewati Uncal. Ia menerangkan beberapa kawasan yang kini menjadi cikal bakal lokasi ikonik Kota Bogor. Seperti halnya ketika ia menjelaskan Hotel Salak The Heritage.
“Bangunan peninggalan bangsa kolonial Belanda ini masuk ke dalam kategori gaya bangunan art deco,” katanya, baru-baru ini.
Ia menuturkan, bangunan peninggalan bersejarah lainnya di sekitar Jalan Juanda di mana sudah banyak yang hilang. Bus berangkat dari Balaikota, singgah di Taman Kencana untuk berbelanja kaos khas Bogor dan Tugu Kujang serta Tepas Salapan Lawang Dasakreta untuk berfoto-foto.
Adapun, desain bus tidak mengadopsi double decker atau bertingkat seperti bus wisata si merah Bandros di Kota Bandung, Jawa Barat. Hal itu karena dinilai tidak cocok dengan kondisi Bogor yang diisi banyak pohon besar maupun sering hujan. Bus didesain terbuka tanpa jendela dengan kapasitas hingga 25 penumpang, termasuk untuk lima yang berdiri.
Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor juga akan segera mengumumkan sistem daftar penumpang di Balaikota. Bus direncakan sudah bisa beroperasi sepekan setelah ujicoba ini. Pada Sabtu (7/1), ujicoba dilakukan dua rit dengan penumpang sejumlah komunitas, warga maupun awak media. Sementara Ahad (8/1), dilakukan tiga rit, di mana komunitas wanita berkebaya yang mendapat giliran.
Bus Uncal memiliki desain mirip dengan Bus Bandros yang menjadi ciri khas bus wisata di Kota Bandung. Hanya, ukuran Bus Uncal lebih kecil dan tidak bertingkat. Direncanakan, satu bus teesebut beroperasi pada Sabtu dan Ahad. Jam operasionalnya ditentukan berdasarkan frekuensi perjalanan antara tiga hingga lima kali setiap hari. Titik keberangkatan di Plaza Balaikota dan bus ini gratis sehingga benar-benar dapat dinikmati wisatawan.
Usai berkeliling, rombongan kembali lagi ke Plaza Balaikota. Susan, warga Bandung yang tengah menghabiskan akhir pekan di Kota Bogor, merupakan salah satu dari sekian warga yang penasaran dan berebut mencoba Uncal bersama teman-temannya. Meski di kota asalnya sudah ada bus wisata serupa, namun menurutnya, ia ingin merasakan sensasi yang berbeda di Kota Bogor.
"Saya kira busnya nggak satu. Tapi nggak apa-apa, apalagi ini baru dirilis. Penasaran ingin tahun seperti gimana. Kan sensasinya pasti berbeda dengan naik mobil atau angkot," katanya.
Begitu juga dengan Dinda, warga Sempur. Ia bersama suami dan anak-ananknya sedang berjalan-jalan di sekitar Istana Bogor. Ketika mengetahui bus wisata Uncal beroperasi, sontak ia menghampiri dan ikut antri untuk mencoba.
"Seru pastinya, anak-anak juga senang apalagi ini gratis. Ya, walaupun rutenya pendek dan buat kita warga Kota Bogor sudah tidak asing lagi, tapi sangat menyenangkan. Mudah-mudahan saja nanti busnya bertambah dan rutenya juga lebih banyak dan bervariasi," harapnya.