Rabu 14 Dec 2016 08:44 WIB

Mengenal Stanggor, Desa Wisata Anyar di Lombok Tengah

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Andi Nur Aminah
Anak-anak Desa Stanggor sedang latihan bermain Gamelan
Foto: Muhammad Nursyamsi/Republika
Anak-anak Desa Stanggor sedang latihan bermain Gamelan

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Penggagas desa wisata Stanggor di Lombok Tengah, Ida, menyampaikan gagasan akan potensi yang ada di Desa Stanggor yang bisa memikat para wisatawan. Hal ini ia ungkapkan di hadapan Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi di Hotel Lombok Raya, Mataram, Selasa (13/12). "Saya kasih waktu tiga menit untuk menjelaskan apa keunikan desa tersebut," kata Zainul Majdi.

Ida memaparkan, Desa Stanggor memiliki sejumlah potensi wisata yang tak kalah dengan tempat lain. Salah satunya wisata pertanian. Para wisatawan, ia katakan, bisa melihat langsung bagaimana para petani di sana bercocok tanam.

Mantan Kepala Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB yang kini menjadi anggota Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal (TP3H) Taufan Rahmadi mengaku tak menduga ada desa yang begitu memikatnya karena potensi atraksi wisata yang ada di sana.

Ia mengaku telah berkunjung ke desa tersebut atas permintaan Ida untuk melihat melihat potensi yang ada di desa ini. Berjarak hanya sekitar lima Kilometer (Km) dari Kawasan Ekonomi Khusus, ia menuturkan ada tujuh poin atraksi yang bisa dikembangkan Desa Stanggor dalam memikat para wisatawan.

Taufan mengatakan, wisata persawahan menjadi salah saytu obyek yang menarik. Wisata bisa dilakukan dengan menikmati pemandangan sawah yang begitu hijau, menyusuri jalan setapak pinggir kali sambil melihat aktivitas para petani yang tengah menanam sawahnya sungguh menyejukkan.

Desa Stanggor memiliki lahan seluas satu hektar yang telah ditanami buah naga. Ini menjadi bagian dari wisata agro yang bisa dinikmati wisatawan.  "Kami berkesempatan memetik langsung buah ini dari pohonnya ditemani Pak Zul petani yg memilik lahan ini," katanya.

Selain itu, wisatawan juga bisa diajak menikmati wisata edukasi. Penduduk Desa Stanggor banyak yang bertenak sapi dan mereka berhasil mengolah limbah sapi menjadi kompos dan bio urine. "Proses pengolahan limbah sapi ini ternyata memiliki daya tarik sendiri bagi para wisatawan untuk mengetahui prosesnya," ujarnya.

Desa Stanggor pun memiliki gong yang sudah berusia ratusan tahun, ada sanggar tarian dan musik tradisional plus ada tradisi membaca buku lontar kuno. Terlihat sekali mulai dari anak-anak hingga dewasa memahami benar tentang akar budaya mereka.

Untuk menikmati wisata kuliner, ibu-ibu di desa ini dalam kesehariannya memasak aneka ragam masakan tradisional. Mulai dari jajanan hingga menu menu khas Sasak lainnya. "Menariknya kita akan diajak menikmati makan siang di dangau-dangau di tengah sawah, dijamin lezatnya tiada duanya," kata Taufan.

Selain itu, di desa ini bisa juga menyaksikan kaum wanita yang penenun kain khas Sasak. Di desa ini, setiap rumah memiliki alat tenun tradisional. Proses menenun kain ini, Taufan menagatakan, bisa menjadi atraksi yang menarik karena wisatawan dapat belajar tentang bagaimana cara menenun.

Yang tidak kalah menginspirasikannya adalah di saat wisatawan diberikan kesempatan untuk mengajar kepada anak-anak asli di sana. Setiap wisatawan mancanegara yang datang ke desa ini diminta untuk mengajarkan ilmu bahasa Inggrisnya kepada anak-anak ini. "Tujuh poin atraksi ini saya pikir adalah modal yang cukup untuk dapat memajukan desa ini melalui program desa wisata," katanya kepada Republika.co.id, Selasa (13/12).

Ia juga telah berdiskusi dengan kepala desa tentang apa saja yang perlu dibenahi. Taufan menjelaskan program homestay dan digital tourism kepada kepala desa, tokoh muda dan masyarakat di sana perlu dilakukan. Menurutnya, Desa Stanggor perlu segera mendata homestay, mengintensifkan koordinasi dengan pemerintah Kabupaten Lombok Tengah, dan mempersiapkan produk jasa layanan wisata.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement