Ahad 04 Dec 2016 17:02 WIB

Perjalanan Emosi Anak Korban Perceraian Lewat Lukisan

Rep: Novita Intan Sari/ Red: Indira Rezkisari
Rosa Guerinoni
Foto: ist
Rosa Guerinoni

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perselisihan orang tua yang berujung pada perceraian seringkali menjadikan anak-anak sebagai korban. Mereka secara langsung ataupun tidak bakal merasakan imbas perpisahan kedua orang tuanya.

Efek langsung yang dialami anak adalah perasaan kehilangan salah satu sosok orang tua yang biasanya mereka jumpai setiap hari. Akibatnya juga dimulai dari kehilangan status, kehilangan pasangan hidup hingga dampak yang paling miris yakni psikologis anak.

Perjalanan emosi akibat perselisihan itu turut membuat Rosa Guerinoni ingin membantu menyampaikan pesan kepada masyarakat, mengenai dampak perceraian dalam keluarga.  Melalui karya seni rupa, gadis berusia 15 tahun ini memamerkan sebuah lukisan berseri berdasarkan pengalamannya di masa lalu.

"Saya berusia 7 tahun harus menerima kabar bahwa orang tua berpisah, melalui lukisan ini saya ingin menggambarkan dampak perceraian yang ternyata sangat besar untuk anak," ujarnya di kawasan Sudirman, Jakarta, akhir pekan lalu.

Karya-karya yang dipamerkan Rosa dibagi menjadi tiga bagian. Pertama menceritakan ingatan Rosa saat orang tuanya ingin berpisah. Dalam lukisan pada bagian ini, Rosa diingatkan saat ibunya bilang bahwa ayahnya tidak akan tinggal. Peristiwa ini digambarkannya melalui lukisan dirinya menatap jendala dari dalam mobil dalam perjalannya ke sekolah.

"Dalam proses ini Rosa menyadari tidak nyaman atau sedih, Rosa menutup diri dan alam bawah sadar, Rosa akan menghapus ingatan tentang itu," cerita Seniman Art Mentor Rosa, Natisa Jones.

Kemudian, pada bagian pertama dengan lukisan kedua, menggambarkan potret Rosa dikelilingi pita-pita emosi kosong dan sebuah simbol komputer 'shut down' di atas kepalanya.

Pada bagian kedua pameran ini, Rosa menampilkan lima lukisan dalam berbagai medium, kebanyakan potret dirinya yang menggambarkan apa yang dirasakannya saat ini.

"Pita-pita emosi itu muncul kembali, namun kali ini dalam berbagai warna, mungkin ini menggambarkan emosinya yang campur aduk," ungkap Natisa.

Di bagian terakhir, Rosa kembali menyampaikan aspirasinya untuk masa depan, apa yang diharapkan untuk dirinya dan keluarganya atas situasi ini. "Sebuah figur berwarna merah jambu yang tampak bahagia sepertinya menggambarkan keoptimisan akan masa depan, meskipun di berbagai karya abstraknya yang lain dan karya patungnya dia tetap menampilkan senstivitasnya dan kewaspadaannya terhadap persepsi orang lain," jelas Natisa.

Rosa juga bercerita dia masih cukup beruntung karena sampai saat ini bisa leluasa untuk bertemu kedua orang tua. Rosa hanya berpesan agar masyarakat dapat membuka lebih banyak mata akan dampak perceraian dari pengalamannya.

Sementara, ibunda Rosa, Teges Prita Soraya mengaku kagum dengan hasil karya Rosa. Tak disangka di usia yang masih belia dapat menggambarkan pengalamannya kepada khalayak. "Ini bukan sebuah aib, ini sudah zaman modern," ucapnya.

Teges bercerita, Rosa memang memiliki bakat melukis sejak dini, terlebih darah pelukis tertular dari seorang ayah dan kakeknya berkewarganegaraan Italia. Rosa cenderung anak yang pendiam, berbicara hanya media pulpen dan kertas.

"Lebih sering menggambar atau ketika art therapist-nya memancing untuk berbicara baik masalah ataupun itu," ungkapnya.

Karya seni ini telah dikerjakan Rosa sejak April 2016 hingga November 2016, sebagai bagian karya sekolah di SMP Cikal Amri. Pameran ini berlangsung di Art Dept Goods Dept Pacific Place mulai tanggal 1 sampai 5 Desember 2016.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement