Sabtu 26 Nov 2016 20:34 WIB

Air Terjun di Lombok Ini Kian Diminati Turis Asing

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Andi Nur Aminah
Air Terjun  Benang Kelambu di Desa Aik Berik, Kecamatan Batukliang Utara, Lombok Tengah, NTB
Foto: M Nursyamsui/Republika
Air Terjun Benang Kelambu di Desa Aik Berik, Kecamatan Batukliang Utara, Lombok Tengah, NTB

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Air Terjun Benang Stokel dan Benang Kelambu di Desa Aik Berik, Kecamatan Batukliang Utara, Lombok Tengah, mulai menancapkan diri sebagai salah satu destinasi wisata favorit bagi wisatawan. Tak hanya wisatawan lokal, tapi juga turis asing. Terlebih, kedua objek wisata itu kini juga sudah dibuka untuk jalur pendakian Gunung Rinjani, sebagai alternatif jalur pendakian Sembalun dan Senaru yang sudah ada.

Seorang pengelola wisata air terjun dan jalur pendakian di Desa Aik Berik ini, Amir (30), mengatakan, pertumbuhan kunjungan wisatawan ke kawasan ini terus menunjukkan peningkatan setiap tahunnya.

Demi kemajuan pariwisata di kawasan ini, masyarakat sekitar yang terdiri atas para pelaku usaha kuliner, pemandu wisata, dan ojek sepakat mendirikan Community Based Tourism Organization. Ini merupakan konsep pengembangan destinasi wisata melalui pemberdayaan masyarakat lokal. Pemberdayaan masyarakat terbukti memberikan peluang untuk meningkatkan perekonomian warga sekitar dan langkah efektif agar tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif.

"Kita mengelola keuangan, memberdayakan masyarakat lokal, dan juga untuk melihara alam," ujarnya kepada Republika.co.id di Air Terjun Benang Stokel, Lombok Tengah, Sabtu (26/11).

Dia menambahkan, sekitar 35 pemandu wisata siap menyambut kehadiran wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Jam operasional dua air terjun dimulai pukul 07.00 Wita hingga pukul 17.30 Wita. "Banyak juga backpacker yang kemah di atas kan ada camping ground," lanjutnya.

Ia memaparkan, pemasukan dari tiket dan jasa pemandu wisata hingga ojek akan diberdayakan bersama-sama untuk membangun fasilitas di kawasan wisata seperti toilet, berugak (bale), dan mushala.

Amir melanjutkan, dalam lima tahun terakhir, kunjungan wisatawan terus tumbuh secara signifikan. Rata-rata 200 ribu kunjungan wisnus setiap tahun. "Untuk turis asing lima ribu sampai enam ribu orang per tahun, paling banyak dari Jerman, Australia, Malaysia, baru negara-negara Arab," ungkapnya.

Berbeda dengan kunjungan wisnus yang puncaknya terjadi pada hari raya Idul Fitri dan Tahun Baru, masa puncak kunjungan turis asing justru terjadi pada Juni hingga September. "Kalau orang kita (lokal) ramainya pas lebaran sama tahun baru," katanya menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement