REPUBLIKA.CO.ID, SABANG -- Wisatawan mancanegara yang menggunakan kapal pesiar MS Silver Discoverer terkesima menyaksikan sejumlah situs peninggalan tsunami di Banda Aceh. Kapal berbendera Bahamas itu membawa sebanyak 85 wisatawan dan labuh jangkar di lepas pantai Ulee Lheue Banda Aceh, Senin (14/11). Lalu para wisatawan tersebut diturunkan dengan boat sekoci di Pelabuhan Ulee Lheue.
Para wisatawan dari pelbagai negara tersebut disambut sejumlah pemandu wisata yang sudah tersertifikasi sesuai standar internasional. Mereka juga dipandu menuju sejumlah situs peninggalan tsunami di antaranya, Kapal PTLT Apung di Punge Blang Cut, Museum Tsunami dan Museum Aceh.
Salah satu pemandu wisata asal Kota Banda Aceh Siti Jihadun Nufus mengatakan, kapal pesiar itu melakukan perjalanan wisata ke sejumlah daerah di Indonesia dan berlayar dari Belawan, Sumatra Utara menuju perairan Aceh. "Kapal pesiar yang membawa sejumlah wisatawan asing itu singgah perairan Aceh dan semua penumpangnya tur ke sejumlah situs peninggalan tsunami di Aceh," katanya.
Jihan menjelaskan, tragedi tsunami yang melanda bumi Serambi Mekkah pada tanggal 26 Desember 2004. Sebelumnya tsunami menerjang, terjadi gempa berkekuatan 8,9 skala richter.
Musibah tersebar di jagat raya tersebut tidak saja menewaskan ratusan ribu nyawa, tapi juga menghancurkan 85 persen infrastruktur Provinsi Aceh dan kabupaten/kota dan rumah warga diterjang gelombang tsunami. "Para wisman ada yang meneteskan air mata mendengar cerita musibah tsunami yang melanda Aceh," kata Jihan yang juga adalah korban Tsunami saat usianya 12 tahun.
Kapal PLTD Apung bobotnya 2.600 ton menjadi saksi bisu tragadi tsunami. Kapal yang semula bersandar di Pelabuhan Ulee Lheue dihempas gelombang laut sekitar satu kilometer ke permukiman penduduk di Gampong (desa) Punge Blang Cut, Banda Aceh. "Di lokasi Kapal PLTD Apung para wisman mengamatinya dengan seksama lalu mengabadikan sejumlah gambar di lokasi yang dianggap menarik," katanya Jihan.
Ia juga memandu para wisatawan asing tersebut ke Museum Tsunami di pusat Kota Banda Aceh. Di museum tersebut juga dipajang sejumlah photo puing-puing tsunami serta karya seniman asal Aceh.
"Para wisatawan kapal pesiar itu terlihat rawut wajahnya sangat sedih menyaksikan bukti-bukti tragedi tsunami yang dipajang di Museum Tsunami," ujar pengurus Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kota Banda Aceh itu.
Pemandu wisata itu juga menambahkan, para wisawatan asing tersebut terhibur ketika berkunjung ke Museum Aceh menyaksikan penampilan seni tari khas Aceh yang dimainkan sejumlah kaula muda di lokasi itu. "Waktunya sangat singkat padahal masih banyak situs tsunami yang perlu diperkenalkan dan Aceh merupakan salah satu daerah yang layak dikunjungi oleh wisatan dunia karena memiliki beragam objeb wisata menarik," kata alumnus Akademi Pariwisata (AKPAR) Muhammdaiyah Aceh itu.