Senin 14 Nov 2016 18:59 WIB

Ngopi di Kebun Kopi Liberika

Rep: Priyantono Oemar/ Red: Indira Rezkisari
Proses penggilingan basah kopi.
Foto:
Melda SItompul dkk sedang menikmati kopi liberika di bawah pohon kopi bersama Sumarno dan Sapura.

Enaknya kopi liberika diakui Melda Sitompul, direktur operasional sebuah perusahaan konsultan komunikasi di Jakarta. ‘’Bubuk kopinya nggak terlalu hitam, rasa kopinya ringan, jadi kalaupun kita tak pakai gula masih bisa menikmatinya,’’ ujar Melda yang berkunjung ke Mekarjaya bersama teman-temannya; Fadlun Saus, Stephanie Ratih, dan Widya Utami.

Mereka bukanlah pecandu kopi,melainkan hanya pengotah kopi. Ini istilah untuk orang-orang yang suka mengunjungi kedai kopi tetapi hanya untuk menghabiskan waktu. Istilah di Jambinya ngotah. Ngobrol tanpa hasil. ‘’Saya ini hanya pengotah kopi,’’  ujar Kurniawan, asisten Koordinator Proyek Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi Jambi, yang memberi pengantar kepada kami tentang kopi liberika, saat sarapan pagi, Jumat (5/11).

Walau tanpa diberi gula, kata Fadlun Saus, manis kopi liberika masih terasa. Rasa manis madu, rasa buah, atau rasa sayur, sering dilekatkan orang pada kopi liberika Jambi. ‘’Aman untuk lambung atau orang yang punya sakit maag,’’ ujar Fadlun.

Mereka pun menikmati pengalaman minum kopi di kebun. Mereka bisa lebih mengapresiasi kopi karena tahu proses pengolahannya. ‘’Ternyata perlu ketelitian dan kesabaran mulai merawat tanaman, memetik, memilih kopi yang super dengan yang asalan, setelah itu proses sangrai sampai pendinginan dan kemudian proses menjadi bubuk kopi,’’ tutur Melda.

Stephanie Ratih mengakui menjadi penasaran terhadap seluk-beluk kopi. ‘’Ternyata kopi mahal di mal itu, mahalnya untuk bayar proses kopinya atau untuk sekadar bayar merek, karena pengolahan kopi nggak sesederhana menyeduh kopi,’’ ujar dia.

Meski rasanya manis, kandungan kafein ini sepertinya juga tinggi. Widya Utami mengaku baru bisa tidur pukul 01.00 dinihari setelah siangnya minum di Mekarjaya. ‘’Sudah kita kirim biji kopinya ke Puslit Kota Jember untuk diteliti jumlah kandungan kafeinnya, tapi kita belum tahu hasilnya,’’ ujar Ahmad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement