Rabu 09 Nov 2016 13:02 WIB

Ini Strategi Memberikan Jaminan Masa Depan pada Anak

Anak dan orang tua
Foto: Parenting today
Anak dan orang tua

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap generasi tumbuh dan berkembang dengan cara yang berbeda. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi turut mempengaruhi terjadinya perbedaan yang signifikan antar generasi.

Orangtua yang tengah mendidik generasi masa kini perlu memahami bagaimana cara yang tepat membesarkan mereka baik dari aspek psikologis, keuangan, hingga pendidikan. Meski IPTEK berkembang pesat, tak sedikit pula efek negatif yang ditimbulkan. Oleh karena itu, PT Bank DBS Indonesia mencoba merangkul orangtua dengan memberikan edukasi seputar parenting melalui acara ajang 360 Degree of Generation Z yang mengangkat tema Invest for Happiness.

Salah satu pembicara yaitu Psikolog Anak Rininta Meyftanoria yang merupakan Founder of EUREKA memaparkan bahwa Generasi Z yang terlahir pada 1995-2010 adalah generasi digital yang sangat dekat dengan teknologi. Generasi Z hampir sama dengan generasi selanjutnya yaitu Generasi Alpha yang terlahir di atas tahun 2010. "Generasi Z lahir dan dibesarkan di era digital," kata Rininta.

Selain itu, Generasi Z juga memiliki karakteristik antara lain intensif berkomunikasi secara digital dan global. Generasi Z juga multitasking atau mampu mengerjakan beberapa hal dalam satu waktu.

Generasi Z terlahir di zaman yang sibuk. Jika dahulu biasanya hanya Ayah yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, para Ibu masa kini juga tak sedikit yang ikut berkontribusi di dunia pekerjaan berbagai bidang. Ayah dan Ibu pun berupaya melengkapi rumah dengan sumber daya lebih untuk menjamin anaknya tetap aman dan nyaman meski ditinggal kedua orangtuanya bekerja.

Sumber daya yang dimaksud antara lain pengasuh yang mampu mengawasi anak dengan baik serta gadget canggih untuk memudahkan komunikasi dan sebagai salah satu alat permainan bagi anak. "Generasi Z juga sudah bersekolah di usia yang sangat muda serta hanya memiliki sedikit saudara kandung," katanya.

Orangtua dari generasi masa kini perlu memperhatikan dengan serius penggunaan gadget oleh anak-anak. Anak-anak bisa terkena dampak negatif dari teknologi yaitu terganggunya perkembangan motorik kasar, motorik halus, sosial, maupun emosional. Terlalu sering terpapar gadget juga memicu daya konsentrasi yang rendah, adanya gangguan kesehatan seperti obesitas karena anak malas bergerak, hingga akses terhadap pornografi. Oleh karena itu orangtua perlu membatasi penggunaan gadget.

Selanjutnya, orangtua juga harus memikirkan aspek keuangan, yang sangat berpengaruh terhadap masa depan Generasi Z. Apalagi, biaya pendidikan terus mengalami kenaikan, sehingga orangtua Generasi Z harus pandai mengatur strategi untuk menyiasatinya.

VP Markus Erik A., Head of Market Intelligence & Investment Specialist Team Bank DBS Indonesia Markus Erik A mengatakan investasi dapat menyelamatkan dari inflasi, termasuk dalam hal biaya pendidikan yang terus meningkat. Tahapan dalam berinvestasi yaitu pertama, mengetahui kebutuhan dan objektif Anda, misalnya kebutuhan untuk mempersiapkan pendidikan anak, berapa lama waktu yang tersedia untuk investasi serta berapa jumlah yang dapat diinvestasikan.

Kedua, kenali profil risiko agar dapat menyesuaikan dengan jenis instrumen investasi yang tepat. Ketiga, kenali berbagai instrumen investasi. Keempat, lakukan monitoring secara periodik. Monitoring bertujuan menyesuaikan investasi dengan kondisi ekonomi. "Yang terpenting bukanlah seberapa besar Anda berinvestasi tetapi seberapa cepat Anda mulai berinvestasi. Orang yang investasi dengan jumlah Rp 10 juta bisa menghasilkan jumlah yang besar jika karena memulai lebih cepat dibandingkan orang yang investasi dengan jumlah Rp 20 juta tetapi memulai belakangan," kata Markus.

Selanjutnya, orangtua juga perlu memperhatikan betul aspek pendidikan. United Nations memperkirakan penduduk dunia pada 2030 akan mencapai 8,5 miliar orang. Dalam kondisi semacam itu, kompetisi di dunia kerja akan semakin ketat. World Economic Forum bahkan memprediksikan 5 dari 7 pekerjaan yang tersedia nantinya adalah pekerjaan yang saat ini tidak ada.

CEO The Urban Mama Ninit Yunita mengungkapkan untuk menghadapi tantangan zaman, anak-anak Generasi Z perlu menguasai skill tertentu. World Economic Forum juga memaparkan 10 skill teratas yang dibutuhkan di 2020 yaitu complex problem solving, critical thinking, creativity, people management, coordinating with others, emotional intelligence, judgment and decision making, service orientation, negotiation, dan cognitive flexibility. "Karena skill tersebut tidak diajarkan di sekolah, maka sebaiknya orangtua turut berperan mengasahnya," katanya.

Ada berbagai cara yang dapat dilakukan orangtua dalam kehidupan sehari-hari untuk mengasah skill anak antara lain ketika mereka bertanya, berikan pertanyaan balik. Ini akan mengasah skill dalam bentuk analytical thinking. Ketika mereka melaporkan sebuah masalah, janganlah Anda langsung memecahkan masalah tersebut.

Jadilah mentor dengan bertanya apa yang menurutnya harus dilakukan untuk menghadapi masalah tersebut. Ini akan mengasah skill dalam bentuk creativity dan problem solving.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement