Ahad 06 Nov 2016 15:48 WIB

Pers Ikut Andil Sebagai Pendukung Pariwisata

CEO Rhadana Group, Rainier H Daulay
Foto: ROL/Sadly Rachman
CEO Rhadana Group, Rainier H Daulay

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berkembangnya industri pariwisata saat ini sedikit banyak karena andil pers. Wakil Ketua Umum Bidang Kelembagaan, Perizinan dan Legal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Rainier H Daulay, mengatakan, pariwisata tak akan berkembang tanpa bantuan pers.

Dia menyontohkan, Raja Ampat, sepuluh tahun yang lalu tak ada yang membicarakannya. "Siapa yang ngomongin Raja Ampat. Tapi tiba-tiba Raja Ampat jadi booming di dunia. Itu akibat CNN, baru kita orang Indonesia sadar ada objek begitu indah. Mudah-mudahan saya salah," katanya baru-baru ini kepada Republika.co.id.

Selanjutnya, Mentawai yang menurut dia, tadinya tidak sepopuler saat ini, tiba-tiba dalam satu hari langsung menjadi hit. "Gara-gara bintang film Fast and Furious yang meninggal, ternya dia diam-diam punya vila di Mentawai. Jadi peranan pers itu cukup besar," kata Rainier.

Pemilik Hotel Rhadana di Bali ini mengatakan, dia lebih suka pers nasional yang menulis daripada pers internasional. "Alasannya, kalau pers nasional yang baca adalah orang-orang kita. Namun jika pers internasional, lalu menulis keburukan yang dialami oleh wisatawannya, kasihan Pak Jokowi dan Pak Arif yang targetnya 20 juta wisatawan. Itu mungkin enggak bisa tercapi-capai hanya gara-gara berita buruk," katanya.

Dia mengatakan, biarpun penduduk Indonesia terbesar dari negara peserta yang ikut dalam ajang World Halal Tourism Awards 2016, belum menjadi jaminan akan menang. Karena sistem voting yang digunakan harus melibatkan banyak orang. "Merekalah jurinya, bukan juri-juri yang punya nama gede itu," katanya.

Rainier berharap tak ada kecurangan panitia dalam penilaian ini. "Kalau kita enggak ada pers, siapa yang ngelawan pakai bedil kan enggak mungkin. Jadi saya pikir pariwisata itu sangat amat tertolong dengan adanya pers. Besar harapan saya, pers bisa memberitakan positifnya," kata dia.

Sementara jika ada hal yang negatif, dia mengatakan sebaiknya tidak langsung diberitakan namun justru disampaikan kepada para pelaku. Menurut dia pemberitaan positif dari media akan membantu pertumbuhan sektor pariwisata. Sedangkan berita-berita negatif, misalnya ada bom meledak, dia berharap tidak diberitakan setiap saat.

"Saya mohon maaf yah, kadang-kadang saya kecewa juga kalau ada peristiwa bom diberitakan setiap menit dengan kata-kata vulgar. Ini merusak pariwisata kita. Kalau soal bom di negara manapun ada kok. Jadi mungkin bisa lebih bijak dalam pemberitaan. Sebaiknya justru menenangkan suasana sehingga tamu dari luar yang ingin masuk khususnya buat wisatawan mancanegara enggak jadi ketakutan," katanya.

Demo 4 November kemarin, diakuinya juga salah satu yang banyak ditanyakan oleh kawan-kawan dan relasinya dari luar negeri. Mereka mengaku was-was dengan aksi tersebut. Namun Rainier menjelaskan aksi tersebut adalah kampanye damai dan tidak akan ada huru hara. "Saya garansi, bangsa kita tidak akan merusak bangsanya sendiri. Soal perbedaan pendapat itu biasa. Mereka bilang tentara akan turun, saya jawa di negara mana juga tentara turun tapi lihatlah nanti tentara dan polisi akanturun dengan baik. Dia juga rakyat dan tugasnya mengamankan kalau ada satu dua orang yang ingin merusak," jelasnya.

Dia pun menyampaikan kesyukurannya tak mendengar ada travel warning. "Itu bagus, syukur sampai dengan tadi pagi khususnya buat dua hotel kami di Bali, tidak ada yang cancel," kata pemilik The Rhadana Hotel yang berlokasi di Bali ini .

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement