Selasa 01 Nov 2016 11:10 WIB

4 Disiplin Sukses Keuangan

Mengelola keuangan
Foto: pixabay
Mengelola keuangan

Seringkali saya tekankan bagaimana harus melihat hidup dan kehidupan ini dalam perspektif Motivasi Keuangan. Bagaimana cara kita memandang kebutuhan dan keinginan, dimana kebutuhan terbatas, sementara keinginan tidak terbatas.

Misalnya ketika kita makan cukup 1 piring, itu namanya kebutuhan, tetapi jika sudah lebih itu namanya keinginan.  Kebutuhan dan keinginan biasanya saling kejar mengejar, semakin tinggi kuantitas income/gaji seseorang, maka semakin banyak juga kebutuhan dan keinginan yang akan dijalankan.

Hanya yang perlu diingat, kontrol keuangan tetaplah ditangan kita, bukan orang lain.  Itu artinya, apapun yang menjadi keputusan keuangan kita (financial decision) tetaplah harus logis dan terukur.  Ingat, waktu terus berjalan dan inflasi tidak bisa kita bendung, tetapi mengalahkan inflasi ada caranya.

Bedakan juga antara kelihatan kaya dan kaya benaran. Banyak orang yang ingin dilihat kaya, padahal mereka belum kaya benaran. Cari paling sederhana mengukur kekayaan adalah apakah harta kita lebih besar dari utang kita.

Utang bisa bermakna kewajiban kepada orang lain, kewajiban terhadap biaya operasional kehidupan kita dan seterusnya. Jangan sampai semua hidup kita berlandasakan utang agar ingin disebut kaya.

Coba kita lihat lagi, apakah rumah kita belum lunas (KPR), kendaraan kita belum selesai masa cicilannya (KPM) dll padahal ada cara yang lebih nikmat hidup tanpa utang dan bisa beli secara tunai, khususnya untuk barang-barang yang kecil, yang bisa kita tunda dulu hingga uangnya terkumpul. Orang-orang yang terjebak dengan mentalitas konsumtif, akan berbeda hasilnya jika memiliki mentalitas produktif.

Konsumtif tidak melihat pada esensi kegunaan, tetapi pada bisa cepat dan bisanya digunakan. Mental konsumtif ini akan berbahaya ketika tidak di rem, apalagi bagi yang punya kartu kredit.  Karena dimudahkan menggunakannya, maka pola gaya hidup ini akan terus berulang dan berulang, hingga nantinya Anda hidup dalam ilusi.

Produktif berarti, ada uang yang masuk ke kas atau kantong Anda, jikapun tidak minimal bisa memperlancar kerja atau aktivitas Anda, hingga ada pemasukan. Seperti jika Anda punya smartphone dan setiap hari Anda sibuk dengan aktivitas pusaran WA, jika ini bisa menghasilkan uang , maka ini termasuk produktif, tetapi jika tidak, lebih baik Anda tidak usah punya WA, karena hanya akan menjadikan hidup Anda sia-sia. 

Kelihatannya produktif, tetapi sebenarnya konsumtif. Bedakan juga jika memiliki sebuah benda/barang, apakah itu termasuk aset atau liabilitas. Bedakan juga antara bad debt dan good debt dan seterusnya. Intinya cukup jadikan dunia dan seluruh isinya di tangan, bukan di hati apalagi di shadr, qolbu, fuad apalagi lubb.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement