Kamis 27 Oct 2016 17:13 WIB

Wisata Lokomotif Uap Kuno Ambarawa-Bedono Kembali Beroperasi

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Winda Destiana Putri
Lokomotif Uap Kuno Ambarawa.
Foto: Youtube
Lokomotif Uap Kuno Ambarawa.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Pembukaan kembali jalur kereta api Ambarawa-Bedono harus bisa meningkatkan kunjungan wisatawan domestik dan internasional ke Kabupaten Semarang maupun Jawa Tengah. Pasalnya, pembukaan ini sekaligus menandai dioperasionalkannya kembali kereta wisata khusus yang dihelat lokomotif uap kuno, koleksi Museum Kereta Api Ambarawa.

"Ini kereta yang memiliki keunikan, karena sudah langka di dunia," kata Direktur Komersial PT Kereta Api Indonesia (KAI), M Kuncoro, di Stasiun Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (27/10). Saat ini, jelasnya, PT KAI Daop 4 mengoperasionalkan dua buah lokomotif uap yang telah berusia 114 tahun, yakni lokomotif B 2503 dan B 2502 dengan kemampuan menarik dua kereta berkapasitas hingga 80 orang.

Jalur Ambarawa-Bedono sebelumnya juga pernah dibuka untuk pengoperasionalan lokomotif antik ini. Namun sejak tahun 2009 jalur kereta api ini sempat ditutup untuk perbaikan sejumlah infrastruktur pendukungnya.

Kini, keunikan lokomotif uap dan perjalanan dengan lokomotif antik ini bisa dinikmati kembali. Untuk bisa menikmati perjalanan kereta wisata jalur Ambarawa-Bedono PP dibanderol biaya Rp 15 juta. Karena semakin tua usia lokomotif ini, biaya operasionalnya juga semakin mahal. "Harga tersebut tentunya disesuaikan dengan biaya operasional lokomotif uap kuno tersebut," tambahnya.

Ia juga berharap dengan dioperasionalkannya kembali jalur Ambarawa-Bedono, bisa membantu masyarakat Ambarawa dan sekitarnya. "Karena masyarakat bisa memanfaatkan peluang kunjungan wisatawan ini dalam menggerakkan perekonomiannya," tegas Kuncoro.

Manager Humas PT KAI Daop 4, Edi Suswoyo menambahkan, jalur Ambarawa-Bedono sepanjang hampir 10 kilometer ini awalnya merupakan jalur yang dibangun untuk mengangkut hasil bumi, terutama bijih kopi. Jalur Ambarawa-Bedono mulai aktif beroperasi pada tanggal 1 Februari 1905 oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij, sebuah maskapai perkeretaapian Belanda saat itu.

Jalur ini memiliki keunikan, berupa rel bergigi sepanjang 4 kilometer dari Stasiun Jambu di ketinggian 479 meter dari permukaan laut (mdpl) menuju Stasiun Bedono di ketinggian 711 mdpl. Rel bergigi ini hanya ada tiga di dunia. Yakni di Indonesia, Swis dan India. Di Indonesia, selain di Bedono rel bergigi ini juga ada di Padang Panjang, Sumetera. "Hanya saja, lokomotif yang ada di Padang Panjang tidak beroperasi lagi karena rusak," jelasnya.

Lokomotif uap kuno yang dioperasionalkan di Stasiun Ambarawa ini juga memiliki roda bergigi. Sehingga kereta wisata khusus ini akan bisa melaju dengan aman di jalur yang menanjak. Edi menambahkan, kereta wisata khusus yang dioperasionalkan di jalur Ambarawa-Bedono ini mampu melaju dengan kecepatan 20 kilometer per jam. "Dengan dioperasionalkannya kembali kereta wisata khusus ini akan melengkapi Museum Kereta Api Ambarawa sebagai destinasi unggulan di jawa Tengah," tandasnya.

Manajer Museum, Unit Preservation dan Museum PT Kereta Api Indonesia (Persero), Eko Sri Mulyanto menambahkan, rangkaian kereta yang dioperasikan terdiri dari satu unit lokomotif uap seri B 2503 atau B2502 dan dua gerbong kayu, berkapasitas 80 orang. Perjalanan lintas Ambarawa Bedono sekira kurang lebih 10 kilometer dengan waktu tempuh hampir dua jam dan berhenti di Stasiun Jambu untuk langsir lokomotif. Karena dari stasiun ini jalur kereta akan berganti menanjak. "Lokomotif yang awalnya menarik dari Stasiun Ambarawa akan beralih mendorong rangkaian kereta menuju Stasiun Bedono, untuk berhenti mengisi air ketel lokomotif," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement