REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Mastafa memperhatikan wajan tanah liat di hadapannya. Wanita berusia 69 tahun itu duduk di depan tungku. Ia juga memegang sapu lidi sepanjang telapak tangan, selebar dua ruas jari. Sesekali, ia menyapukannya pada wajan tanah. Ia berusaha menghilangkan kerak hitam akibat kobaran api dalam tungku.
Mastafa mengambil baskom merah berdiameter 30 sentimeter (cm). Isinya tepung sagu bercampur kelapa parut dan garam. Adonan untuk membuat sagu bakar atau yang disebut tabaro dange. "Dulu banyak orang makan sagu. Orang bisa hidup dengan makan sagu," kata dia.
Mastafa menaburkan satu centong di atas wajan tanah. Dia meratakannya lalu menindihnya dengan wajan kosong berukuran sama. Ia menakar sagu lagi dan mengisi wajan itu.
Selama beberapa detik, Mustafa mendiamkannya. Kemudian ia menukar posisi kedua wajan tanah. Dange di wajan pertama terlihat mulai merah keemasan. Uniknya, tak ada bercak kehitaman karena tumpukan wajan. "Dulu banyak orang makan dange. Sekarang hanya untuk camilan," ujar dia.
Mastafa kemudian menaburkan sesendok gula merah yang sudah ditumbuk halus. Ia meratakan setengah bagian dange. Kemudian ia menukar posisi wajan lalu diisinya dengan tumis ikan tuna yangs udah disuwir. "Kita kasih isi biar enak," jelasnya.
Isian dange bisa bermacam-macam. Bisa masakan hasil laut atau gula jawa merah. Tujuannya untuk mengimbangi rasa gurih sagu bakar. Namun, Mastafa juga sering menjual dange original alias tanpa isian.
Mustafa membuat dange dengan isian beragam seperti ikan, atau gula merah. Untuk membuat dange gula merah, caranya hampir sama. Adonan sagu ditebar, lalu dipanggang sejenak kemudian ditumpuk dengan wajan lain. Setelah mulai mengering, bagian atasnya ditaburi gula merah yang sudah diserut. Setelah itu adonan pun dilipat sehingga bentuknya menjadi setengah lingkaran. "Dange enak (dimakan) kalau masih panas," ujar dia.
Mastafa berjualan dange sejak Januari 2016 di sepanjang Pantai Talise, Kota Palu. Salah satu lokasi objek wisata di Kota Palu. Ia bukan satu-satunya orang yang berjualan di kawasan Jalan Cumi-cumi. Para penjual itu mulai berjualan sekira pukul 16.00 WITA.
Dange adalah salah satu makanan tradisional yang wajib dicicipi wisatawan. Ia menghargai satu dange isian gula mera seharga Rp 4.000. Sementara untuk isian tumis tuna suwir, ia menjualnya seharga Rp 5.000. "Orang biasanya makan sambil lihat pantai," lanjutnya.