REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap tahunnya tulisan tangan dokter menyebabkan setidaknya tujuh ribu kematian per tahun. Angka ini tragis, bahkan lebih buruk karena ini baru puncak gunung es akibat kecerobohan tangan yang bersangkutan.
Data National Academies of Science’s Institute of Medicine (IOM) Amerika Serikat pada 2006 menyebutkan setidaknya 1,5 juta orang mengalami cedera dan tujuh ribu orang meninggal dunia setiap tahunnya akibat kesalahan membaca resep yang ditulis tangan dokter. Ini baru yang terdata di AS, belum di negara lain.
Dokter adalah sosok kaya ilmu pengetahuan, namun miskin dalam hal tulisan tangan. Tulisan tangan mereka seakan ditulis oleh orang yang tak bisa melihat. Sebagian dokter yang merasa tulisan tangannya susah dibaca hendaknya belajar dari kesalahan yang bisa saja ditimbulkan dan menimpa pasiennya.
Dilansir dari Unrealfacts, Senin (10/10), pasien kadang bertanya apa yang sesungguhnya diresepkan dokter untuk mereka. Pasien juga bertanya apakah si apoteker bisa memilihkan obat secara benar sesuai dengan yang dituliskan dokter. Pada akhirnya pekerjaan apoteker menjadi salah satu pekerjaan terberat di luar sana.
Banyak kesalahan terjadi akibat dokter misalnya hanya menuliskan singkatan untuk obat tertentu, jumlah dosisnya kadang tak benar, dan tulisan tangannya buruk. Oleh sebabnya IOM merekomendasikan dokter untuk memberikan resep elektronik. Sayangnya hanya 10 persen dokter yang menggunakan teknologi ini.
Setiap tahunnya dokter di AS menulis 3,2 miliar resep dan menyebabkan korban kurang dari setengah persen masyarakat umum. Angka tersebut bisa direplikasi di negara lain di dunia yang berarti hal ini berpotensi merenggut beberapa juta nyawa.