REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Kopi Tak Kien merupakan salah satu pengisi tenant di Pekan Raya Indonesia (PRI) yang dilaksanakan pada 20 Oktober hingga 6 November mendatang. Minuman yang bisa disebut kopi legenda asli Indonesia ini diharapkan bisa makin mengenalkan masyarakat Indonesia mengenal wisata kuliner Nusantara.
Terutama bagi penikmat kopi yang banyak menggemari kopi-kopi mancanegara. Padahal menurut Willy Julus, owner Kopi Tak Kie generasi keempat saat ini, kopi Indonesia diminati nomor satu di dunia.
"Ini produk legenda yang sudah lama, masih terus dilestarikan, sejak 1927. Indonesia ini pengekspor nomor satu di dunia. Jadi harusnya kita bangga," tuturnya di ICE BSD, Tangerang Selatan, Rabu (28/9).
Willy menjelaskan, kopi es Tak Kie yang dia jual turun temurun itu tidak berubah dari segi rasa dan khas kopi murni, tanpa tambahan apapun. Tidak seperti kopi-kopi modern yang saat ini sudah memiliki keragaman tambahan, seperti misal karamel, moccachino, vanilla dan sebagainya. Dia mengatakan, hanya susu, satu-satunya tambahan yang melengkapi kopi Tak Kie agar lebih ringan jika diminum siang hari.
Willy menceritakan, awalnya dulu Kopi Tak Kie hanya menjual kopi yang diseduh dari kopi sachet. Akan tetapi sejak generasi ketiga, dia bersama keluarganya memutuskan untuk membeli langsung biji kopi lalu diracik sendiri. Dia mengaku, dalam segelas kopi diisi dengan tiga jenis kopi Lampung yang dia racik sendiri.
Tak mudah untuk membuat racikan kopi yang dapat menghasilkan rasa kopi yang pas. Willy mengaku sudah mencoba mencampur segala jenis kopi dari berbagai daerah seperti Aceh, Nusa Tenggara Timur, Medan dan lainnya. Akan tetapi untuk meracik kopi dengan rasa yang pas baru ditemukan di kopi Lampung. Kopi Lampung itu juga berasal dari berbagai jenis, seperti Arabica, Robusta dan sebagainya.
Uniknya lagi, Kopi Tak Kie tidak memerlukan barista profesional untuk menyajikan kopi untuk pelanggannya. Karena Willy sudah meraciknya sejak masih berbentuk bubuk kopi. Jadi tinggal mengajarkan takaran yang pas untuk segelas kopinya. Tak lupa Willy membuka rahasia menyeduh kopi agar citarasanya kuat.
"Jadi setelah kopi dicampur dengan air panas, diamkan dulu selama lima menit dengan gelas yang ditutup, agar kopinya meresap dulu. Baru setelah itu diberi tambahan gula," katanya.
Dia juga menjual kopi bubuk hasil racikannya dalam bentuk kemasan, agar pelanggan bisa menikmatinya di rumah. Saat ini Kopi Tak Kie hanya membuka kedai di kawasan Glodok. Dia juga kerap mengikuti beberapa event, seperti di Pekan Raya Indonesia ini. Menurut Willy, nantinya dia juga berencana akan melebarkan sayap dengan menjualnya di restoran modern.